Monday, November 18, 2024
HomeTop News2025 Banyak Cobaan: Harga BBM, LPG, BPJS & PPN Diprediksi Naik

2025 Banyak Cobaan: Harga BBM, LPG, BPJS & PPN Diprediksi Naik





Daftar Isi



Jakarta, CNBC Indonesia – Kehidupan masyarakat Indonesia pada tahun 2025 diprediksi akan banyak kerusakan pada perekonomian. Pasalnya pada tahun itu harga beberapa kebutuhan pokok seperti BBM dan LPG diprediksi naik.

Selain itu, rencana kenaikan pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan iuran peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada tahun depan membuat derita warga RI semakin paripurna.

Gelagat pemerintah ingin menaikkan harga BBM bahkan sudah tercium sejak bulan lalu. Sejumlah menteri kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutarakanwacana mengenai pengetatan pembelian BBM bersubsidi. Pemerintah berdalih pengetatan dilakukan agar subsidi bisa lebih tepat sasaran.

Senior Ekonom Faisal Basri menilai wacana pengetatan subsidi BBM bukan hanya sekali ini saja terjadi. Dia mengatakan isu pengetatan itu biasanya adalah pintu masuk pemerintah sebelum menaikkan harga BBM.

“Ya kan sudah mulai, artinya pemerintah enggak mampu lagi menahan subsidi untuk tidak dimasukkan,” kata Faisal dikutip, Sabtu, (17/8/2024).

Di luar harga minyak, kehidupan di tahun 2025 nampaknya akan semakin berat. Berikut ini merupakan daftar kenaikan harga, pungutan pajak dan iuran yang kemungkinan terjadi pada tahun 2025.

1. PPN Naik Menjadi 12%

Sinyal tarif pajak pertambahan nilai (PPN) akan tetap naik menjadi 12% pada tahun 2025 semakin jelas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kenaikan tarif itu sudah jelas menjadi amanat Undang-Undang tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU HKPD).

“Kan undangan undangannya sudah jelas ya. Kecuali ada hal yang terkait dengan Undang-undang, kan tidak ada,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Kamis (8/8/2024).

Meski begitu, Airlangga menekankan, masuk tidaknya keputusan kenaikan PPN dalam APBN tahun depan harus menunggu keputusan Presiden Joko Widodo, saat membacakan nota keuangan dan RUU APBN 2025.

Jadi kita pantau saja catatan nota keuangan nanti. Nanti kita dengar saja nota keuangan, tegas Airlangga.

Pemerintah pun telah melakukan simulasi penerapan tarif PPN menjadi 12% pada awal tahun 2025. Namun, untuk penerapannya masih bergantung pada keputusan pemerintah Presiden Terpilih Prabowo Subianto.

“Sudah kita simulasikan plus minusnya, kira-kira potensinya berapa, kemudian dampaknya ke sektor usaha, itu sudah,” kata Susiwijono di kantornya, Jakarta, Senin (5/8/2024).

Sesuai ketentuan UU HPP pengenaan tarif PPN 12% itu diamanatkan berlaku mulai 1 Januari 2025. Namun, karena ada permintaan dari sektor usaha, khususnya pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia supaya ditunda, simulasi itu dilakukan untuk melihat dampaknya.

Kalau dampak potensinya bisa dihitung dengan mudah, naik dari 11% ke 12% itu bisa berarti naik 1%, 1 per 11 itu bisa dikatakan 10% total PPN kita realisasi setahun Rp 730-an triliun, berarti kan bertambah sekitar Rp 70-an triliun ,” tegas Susiwijono.

“Hitung dengan dampak ekonominya kira-kira kalau dengan itu bagaimana, nanti kemampuan bisnis serta sektor industri kita dan sebagainya, tinggal disandingkan,” ungkapnya.

2. Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

Iuran BPJS Kesehatan dikabarkan akan naik pada tahun 2025. Demikian dikatakan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti.

Meski begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah belum membahas besaran tarif iuran yang akan menaikkannya.

“Belum kita bahas antar kementerian terkait,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Jumat (9/8/2024).

Seperti diketahui, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti memberikan sinyal kenaikan besaran iuran itu hanya untuk kelas I dan II.

Kenaikan tarif iuran itu akan diberlakukan menjelang pemberlakuan kelas rawat inap standar (KRIS) mulai 30 Juni 2025, yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024.

“Bisa, (iuran) bisa naik. Dan saat ini sudah waktunya juga naik,” katanya di Krakatau Grand Ballroom TMII, Jakarta Timur, dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (8/8/2024).

Sementara itu, dia memastikan iuran peserta kelas III tidak akan berubah karena peserta tersebut umumnya merupakan Penerima Bantuan Iuran (PBI).

“Kalau kelas III gak akan naik. Kelas III itu kan, mohon maaf, umumnya PBI kan kelas 3,” tegasnya.

Sayangnya, Ghufron belum mengungkapkan kapan tepatnya besaran iuran BPJS Kesehatan akan naik. Namun, dia memastikan kebijakan ini akan diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres).

Dalam kesempatan ini, Ghufron juga menegaskan tarif iuran BPJS Kesehatan tidak akan dibuat tarif tunggal. Artinya, setiap kelas peserta akan tetap membayar sesuai dengan porsinya.

3. Potensi Kenaikan BBM

Pemerintah berencana memangkas subsidi BBM pada tahun 2025 mendatang. Jika benar demikian, maka masyarakat harus bersiap untuk kenaikan tarif BBM di tahun depan.

Rencana kebijakan ini terungkap dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2025. Dalam dokumen tersebut, pemerintah mendorong dilakukannya pengendalian kategori konsumen untuk BBM jenis Pertalite dan Solar.

Peningkatan konsumsi BBM ditambah harga jual yang berada di bawah harga keekonomian mengerek beban subsidi dan penghematan. Selain itu, penyaluran BBM Subsidi saat ini dinilai kurang tepat pasalnya lebih banyak dinikmati sebagian besar rumah tangga kaya.

Dengan pengendalian konsumen yang berkeadilan, diperkirakan dapat mengurangi volume konsumsi Solar dan Pertalite sebesar 17,8 juta KL per tahun.

“Keseluruhan simulasi reformasi subsidi dan proyeksi energi ini diproyeksikan akan menghasilkan efisiensi anggaran sebesar Rp 67,1 triliun per tahun,” demikian dikutip dari Dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2025, Jumat (24/5/2024) lalu.

4. Potensi Kenaikan Harga Gas Elpiji

Selain berencana memangkas subsidi BBM, pemerintah juga berencana memangkas subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau gas Elpiji ukutan 3 kg. Bahkan, subsidi tersebut rencananya akan diubah menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno mengatakan pemerintah berencana mengubah skema pemberian subsidi pada produk gas tabung 3 kg atau gas melon menjadi BLT.

Namun, Ia menyebut rencana ini masih dalam tahap pembahasan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama DPR.

“Kementerian ESDM telah mereka bahas dengan kami (DPR) mengenai ini (rencana perubahan skema subsidi LPG 3 kg). Karena kami mengeluhkan, saya secara pribadi mengeluhkan bahwa sasaran pemberian subsidi untuk LPG 3 kg itu tidak tepat, karena 80% penggunanya itu masyarakat mampu ,” kata Eddy kepada detikcom, Selasa (16/7/2024).

Meski begitu, menurutnya perubahan skema subsidi gas melon ini diperkirakan baru akan diuji coba pada akhir 2025 mendatang. Sehingga jika nanti skema pemberian subsidi diganti, langkan ini baru bisa berjalan pada tahun 2026 mendatang.

Sebab nantinya pemberian subsidi LPG 3 kg ini akan mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) untuk memastikan betul siapa penerima yang berhak dan yang tidak. Padahal, saat ini menurut Eddy masih ada yang perlu dibenahi dari DTKS saat ini agar memberikan bantuan lebih tepat sasaran.

“Sekarang kan (pemberian bansos) acuannya adalah DTKS. Makanya kenapa proses ini memakan waktu, karena harus mempersiapkan infrastruktur untuk peng-transferannya. Karena setiap penerima itu harus memiliki rekening bank. Diperhitungkan kurang dari 5% itu tidak memiliki rekening bank karena ada di pelosok sekali, itu bagaimana dengan pemberiannya,” ucapnya.

Tentunya jika subsidi gas Elpiji 3 kg dialihkan, maka ada potensi kenaikan harga yang cukup tinggi. Komisi VII DPR RI mengungkapkan harga asli atau harga keekonomian dari tabung LPG tersebut.

“Di dalam setiap tabung LPG 3 kg, ada subsidi pemerintah Rp 33 ribu. Jadi kalau harganya sekarang adalah katakan saja Rp 20 ribu deh harganya, artinya kan keekonomiannya Rp 53 ribu kan? Kurang lebih kalau keekonomiannya seperti itu,” ujar Soeparno kepada CNBC Indonesia .

Diperkirakan nilai subsidi LPG 3 kg mengalami pembengkakan beberapa tahun ke depan. Alasan asumsi antara DPR dengan pemerintah menyetujui adanya peningkatan konsumsi LPG di Indonesia pada tahun 2025 mendatang.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan subsidi dan konservasi energi bisa terpangkas Rp 671 triliun pada 2025 mendatang. Hal ini dapat tercapai jika transformasi subsidi dan pemulihan energi dapat dilakukan dalam jangka pendek atau tahun depan.

(luar biasa/luar biasa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekonomi RI Tidak Baik-Baik Saja, Pemerintah Bisa Apa?




Artikel Selanjutnya

Asing Ramal Nasib Ekonomi RI di Tangan Prabowo Subianto





Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments