Thursday, March 28, 2024
HomeNationalAkhir Pekan Bursa Asia Gak Hepi, kecuali Nikkei-STI

Akhir Pekan Bursa Asia Gak Hepi, kecuali Nikkei-STI



Jakarta, CNBC Indonesia – mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Jumat (10/2/2023) akhir pekan ini, di tengah naiknya inflasi China pada periode Januari 2023.

Indeks Nikkei 225 Jepang dan Straits Times Singapura pada hari ini ditutup di zona hijau. Nikkei menguat 0,31% ke 27.671, sedangkan Straits Times naik tipis 0,04% menjadi 3.360,69.

Sementara sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 2,01% ke 21.190,42, Shanghai Composite China melemah 0,3% ke 3.260,67, ASX 200 Australia terkoreksi 0,71% ke 7.433,7, KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,48% ke 2.469,73, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terdepresiasi 0,25% menjadi 6.880,33.

Dari China, inflasi pada Januari lalu dilaporkan mengalami kenaikan, imbas dari libur Imlek dan pembukaan negara pasca pencabutan kebijakan nol-Covid.

Inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (CPI) China pada bulan lalu naik menjadi 2,1% secara tahunan (tahun ke tahun/yoy), dari sebelumnya pada posisi Desember 2022 yang sebesar 1,8%. Angka ini sedikit di bawah prediksi ekonom dalam survei Reuters yang sebesar 2,2%.

Sedangkan secara bulanan (bulan ke bulan/mtm), CPI Negeri Tirai Bambu pada bulan lalu juga naik menjadi 0,8%, dari sebelumnya pada Desember 2022 sebesar 0% dan sedikit lebih tinggi dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang sebesar 0,7%.

Adapun untuk inflasi berdasarkan indeks harga produsen (PPI) China pada bulan lalu cenderung diprediksii yakni menjadi -0,8% (yoy), dari sebelumnya sebesar -0,7% pada Desember 2022.

“Data yang merujuk ke prospek inflasi yang umumnya stabil,” kata Zhou Hao, kepala ekonom untuk Guotai Junan International Holdings.

Hao mengatakan bahwa inflasi China telah terjangkar dengan baik. Dia juga mengharapkan kebijakan moneter untuk tetap mendukung dan terus memberikan amunisi untuk pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu.

Bank sentral China (People Bank of China/PBoC) telah menyuntikkan dana sekitar US$150 miliar ke pasar keuangan selama tiga hari terakhir untuk meredakan tekanan likuiditas. Hal tersebut menjadi sebuah tanda bahwa kebijakannya relatif longgar.

Perekonomian China secara luas membaik pada Januari 2023 setelah Presiden Xi Jinping resmi menghapus Covid-19 pada akhir tahun lalu.

Harga konsumen khususnya yang diperkirakan akan meningkat mengingat memantul permintaan sekitar Tahun Baru Imlek karena orang bepergian dan menghabiskan uang. Hal itu senada dengan data liburan liburan menunjukkan biaya pelatihan, pariwisata, dan bisnis tatap muka lainnya.

“Lonjakan inflasi China disebabkan oleh efek liburan seiring dengan perubahan kebijakan pencegahan dan pengendalian virus,” kata Dong Lijuan, kepala statistik di NBS dalam pernyataan resmi.

Di sisi lain, pasar cenderung khawatir bahwa inflasi di Amerika Serikat (AS) berpotensi naik kembali dan membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.

Hal ini diakibatkan oleh data tenaga kerja yang masih cukup kuat, meski klaim rangsangan lelah menunjukkan penurunan.

data yang dirilis dari AS menunjukkan tunjangan tunjangan sebanyak 196.000 sepanjang pekan lalu, naik dari 13.000 dari pekan sebelumnya.

Rilis data ini membuat pelaku pasar melihat pasar tenaga kerja mulai melemah, tetapi pelaku pasar masih banyak yang menunggu rilis data inflasi pekan depan.

Sebab, jika inflasi kembali menanjak, ada risiko The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga. Hal ini juga diutarakan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell

“Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali naik, itu akan membuat kami menaikkan kembali suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya,” ujar Powell.

Jika The Fed menaikkan suku bunga ke level itu, maka Negeri Paman Sam diprediksi akan mengalami resesi.

PENELITIAN CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Sinyal Tidak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi


(chd/chd)




Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments