Apa kata penelitian
Ada beberapa penelitian dan riset yang menunjukkan bahwa alkohol dapat meringankan atau melawan risiko keracunan makanan, namun buktinya masih terbatas. Sebuah studi signifikan dari tahun 2022 yang diterbitkan di Jurnal Epidemiologi memeriksa sebuah penyakit salmonela menyebar di sebuah pertemuan di Spanyol. Analis menemukan bahwa tamu yang mengonsumsi tiga atau lebih minuman hampir 46% lebih kecil kemungkinannya untuk jatuh sakit dibandingkan dengan orang yang tidak minum. Sebuah studi serupa dari tahun 1992 yang terkait dengan penyakit hepatitis A dari tiram mentah menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi anggur atau wiski memiliki risiko 90% lebih rendah untuk jatuh sakit.
Meskipun penemuan ini mungkin menunjukkan potensi, namun hal itu tidak serta-merta menekankan adanya hubungan.
Keterbatasan penelitian yang ada
Di antara semua studi dan penelitian yang tersedia, tidak ada satu pun yang luas dan dilakukan sebagaimana mestinya untuk membuktikan apakah klaim tersebut benar-benar tepat atau tidak. Sebagian besar penelitian yang dilakukan bersifat kecil, dengan jumlah individu yang terlibat lebih sedikit sementara juga dilakukan dalam lingkungan yang sangat terkontrol. Mari kita ambil contoh kasus yang melibatkan 33 orang yang terkena hepatitis E saat berada di kapal pesiar yang menemukan bahwa hanya mereka yang minum yang jatuh sakit, sedangkan mereka yang tidak minum tetap sehat dan tidak terpengaruh. Hal ini menekankan kompleksitas hubungan antara konsumsi alkohol dan keamanan pangan.
Lebih jauh lagi, belum ada uji coba eksperimental komprehensif yang telah dilakukan untuk menguji secara langsung apakah dan bagaimana konsumsi minuman memengaruhi risiko keracunan makanan, sehingga masih terdapat kesenjangan pemahaman yang signifikan.
Dampak buruk konsumsi alkohol
Meskipun alkohol mungkin memberikan beberapa manfaat dan dampak pertahanan yang luar biasa, alkohol juga dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh Anda, merusak fungsi hati, menyebabkan penambahan berat badan, meningkatkan masalah jantung, dan bahkan menimbulkan masalah kesehatan mental yang nyata. Penelitian menunjukkan bahwa sering minum alkohol dalam jumlah banyak dapat menyebabkan peradangan hebat dan kerusakan kesehatan usus, yang juga disebut sebagai “usus bocor”, yang memudahkan bakteri berbahaya untuk masuk ke jaringan darah.
Dr. Gyongyi Szabo dari Harvard Medical School menyoroti bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan mengikis pertahanan tubuh, meningkatkan ancaman infeksi, dan mungkin meningkatkan kerentanan atau kerentanan terhadap penyakit kritis terkait makanan, beberapa di antaranya termasuk salmonella, listeria, dan campylobacter.
Selain itu, mengonsumsi alkohol setiap hari atau sering dapat memperburuk keracunan makanan, dehidrasi, serta memperpanjang masa penyembuhan.
Praktik pengurangan risiko untuk menghindari keracunan makanan
Mari kita bahas beberapa strategi utama untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan makanan:
Praktikkan memasak dengan aman
Mempraktikkan memasak yang aman mencakup kebiasaan sederhana namun efektif seperti mencuci tangan secara teratur saat memasak makanan, selalu memastikan untuk memisahkan daging mentah dari bahan makanan lainnya, serta memasak makanan hanya pada suhu yang aman.
Perhatikan jamnya
Ingatlah untuk tidak pernah meninggalkan makanan yang mudah rusak pada suhu ruangan selama lebih dari dua jam, khususnya dalam suhu yang sangat panas.
Bersihkan permukaan dan peralatan dapur secara teratur
Dengan membersihkan permukaan dan peralatan dapur secara teratur, Anda dapat mengurangi risiko keracunan makanan. Kebiasaan menggunakan pembersih pada talenan dan meja dapur, serta mencucinya secara menyeluruh dapat mengurangi bakteri, sehingga mencegah penyakit bawaan makanan.
Minum teh jahe, cuka sari apel, dan mengonsumsi probiotik dapat membantu meringankan keracunan makanan dan penyakit terkait secara signifikan. Metode ini aman untuk diterapkan dan patut dicoba saat mengalami keracunan makanan atau penyakit terkait.
Peran alkohol dalam keselamatan perjalanan
Kepercayaan bahwa mengonsumsi alkohol, khususnya anggur, dapat membantu menghindari keracunan makanan saat bepergian sudah ada sejak lama. Di wilayah dengan standar air yang tidak pasti, banyak orang bergantung pada minuman beralkohol dan anggur. Beberapa penelitian mendukung teori ini, yang menyatakan bahwa sifat asam alkohol dapat membantu membunuh patogen seperti salmonella dan listeria.
Seorang ilmuwan makanan menyebutkan bahwa minum alkohol saat atau setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dan berbahaya dapat menetralkan bakteri berbahaya. Namun, penting untuk dicatat bahwa mengendalikan diri itu penting. Minum alkohol secara berlebihan, terlepas apakah minum alkohol dapat membantu atau tidak mengatasi keracunan makanan, memang sangat berbahaya, dan selanjutnya bertentangan dengan potensi manfaatnya.
Singkatnya, alkohol mungkin memiliki korelasi dengan berkurangnya risiko keracunan makanan, tetapi buktinya masih belum pasti. Mengandalkan alkohol sebagai cara untuk melawan penyakit bawaan makanan bukanlah strategi yang terbukti aman dan efisien, oleh karena itu, seseorang harus selalu fokus pada penerapan metode yang terbukti secara ilmiah dan disarankan sebagai tindakan pencegahan. Menikmati minuman sesekali tidak apa-apa, tetapi memilih untuk menunjukkan dan membenarkan minum berlebihan sebagai “tindakan pencegahan” justru dapat menyebabkan lebih banyak bahaya.