London (ANTARA) – Pengunjuk rasa Inggris mengutuk pembunuhan aktivis keturunan Turki-Amerika di Tepi Barat oleh Israel dan transmisi pemerintah Amerika Serikat (AS), dan Inggris untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan tersebut.
Aysenur Ezgi Eygi, seorang aktivis keturunan Turki-Amerika, ditembak mati oleh pasukan Israel pada Jumat ketika mengikuti penindasan damai menentang organisasi ilegal Israel di kota Beita, Tepi Barat.
Eygi, 26, yang memiliki kewarganegaraan ganda Turki dan AS, telah terlibat aktif dalam gerakan solidaritas mendukung hak-hak Palestina.
Kematiannya memicu kemarahan dan tuntutan tanggung jawab masyarakat lokal dan internasional.
Laporan autopsi menunjukkan Eygi tewas akibat peluru jitu Israel di bagian kepala, ungkap Gubernur Nablus Ghassan Daghlas pada Sabtu.
Seorang pengunjuk rasa Charlie Burt mengatakan kepada Anadolu bahwa jurnalis, aktivis, dan siapa pun yang menunjukkan dukungan terhadap Palestina “adalah target”.
“Itu adalah aksi protes damai yang dia hadiri, dan tidak dapat diterima jika ada orang yang ditembak atau dibunuh karena itu,” katanya merujuk pada pembunuhan Eygi.
Burt juga menuntut agar Israel dimintai pertanggungjawaban atas pembunuhan tersebut.
Menurut saya, pemerintah Inggris dan AS perlu meminta pertanggungjawaban Israel atas pembunuhannya. Sejujurnya, ini menjijikkan, tambahnya.
Ketika ditanya apakah pemerintah harus berbuat lebih banyak untuk mencegah lebih banyak pembunuhan, Burt mengatakan ia yakin pemerintah Inggris “terlalu lunak” terhadap Israel saat ini.
Meski pemerintah Inggris telah menangguhkan 30 lisensi senjata baru-baru ini, namun Burt menekankan bahwa semuanya perlu dihentikan, termasuk suku cadang F-35.
“Kita harus memberi sanksi, mencabut hak milik, dan memboikot Israel sepenuhnya sampai genosida berakhir dan Palestina merdeka,” imbuh Burt.
Pengunjuk rasa lainnya Vicki Narcin, mengatakan bahwa membunuh aktivisme karena melawan genosida adalah “hanya hal biasa” yang dilakukan tentara Israel.
“Ini harus berhenti sekarang. Berhenti mempersenjatai Israel,” katanya, seraya Menyebutkan bahwa Inggris seharusnya tidak lagi mengeluarkan lisensi ekspor.
Narcin menambahkan: “Ini adalah genosida, melanggar hukum internasional dan menurut saya, mereka adalah penjahat perang.”
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Selain menyerahkan lebih dari 40.000 warga Palestina sejak saat itu, operasi militer tersebut telah mengubah sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu menjadi simpanan, membuat sebagian besar warga sipil kehilangan tempat tinggal dan berisiko mengalami bencana.
Sumber: Anadolu-OANA
Baca juga: Erdogan kecam pembunuhan aktivis Turki-AS oleh Israel
Baca juga: PBB tuntut penyelidikan penuh atas pembunuhan aktivis Turki-Amerika
Baca juga: UNRWA disebut pekan lalu paling mematikan bagi warga di Tepi Barat
Baca juga: Pelapor PBB : Strategi Eliminasi Israel menargetkan Gaza dan Tepi Barat
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Redaktur : Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2024