[ad_1]
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga saham emiten pertambangan emas secara mayoritas bergerak di zona hijau pada awal perdagangan sesi I Senin (16/1/2023), di tengah masih positifnya harga emas belakangan ini.
Hingga pukul 09:16 WIB, mayoritas saham emiten tambang emas terpantau menghijau.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 144 | 16,13% |
Archi Indonesia | ARCI | 370 | 9,47% |
Sumber Daya Mineral Bumi | BRMS | 166 | 5,73% |
Aneka Tambang | ANTM | 2.200 | 2,33% |
Emas Tembaga Merdeka | MDKA | 4.560 | 1,33% |
Traktor Bersatu | UNTR | 24.300 | 0,62% |
Vale Indonesia | INCO | 7.450 | 0,34% |
Sumber: RTI
Saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) memimpin penguatan pada sesi perdagangan I hari ini, yakni melejit 16,13% ke posisi harga Rp 144/saham. Nilai transaksi saham PSAB sudah mencapai Rp 11 miliar. Sedangkan volume transaksi saham PSAB sudah mencapai 82 juta lembar saham.
Berikutnya ada emiten emas milik penguasaha Peter Sondakh yakni PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) yang juga ikut menghijau, yakni melonjak 9,47% menjadi Rp 370/saham.
Nilai transaksi saham ARCI sudah mencapai Rp 2 miliar dan volume transaksi yang dijual di sudah mencapai 7 juta lembar saham.
Demikian pula, saham tambang BUMN yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga menghijau dengan melesat 2,33% menjadi Rp 2.200/saham.
Saham pertambangan emas kembali cerah seiring positifnya harga emas dunia, meski pada hari ini cenderung terkoreksi tipis. Pada perdagangan hari ini pukul 06:02 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.919,92 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,02%.
Namun, harga emas masih menguat 2,6% secara poin ke poin dalam beberapa waktu terakhir. Harga emas juga melonjak 7,1% sementara dalam setahun terakhir masih menanjak 5,5%.
Analis Commerzbank mengatakan reli pada emas pekan lalu adalah hal yang luar biasa. Namun, investor tampaknya kini akan menahan diri terlebih dahulu.
“Kami yakin pelaku pasar emas akan mengambil nafas dulu sampai kemudian semua kebijakan moneter di AS menjadi jelas. Pasar kini mempertimbangkan mana proyeksi kebijakan moneter yang lebih akurat,” tutur Commerzbank, dikutip dari Reuters.
Seperti diketahui, ketergantungan pada harga emas ditopang oleh laju inflasi AS yang terus melandai. Inflasi AS melanda hingga 6,5% (tahun ke tahun/yoy) pada Desember 2022 dari 7,1% (yoy) pada November 2022. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Oktober 2021.
Dalam sebulan (bulan ke bulan/mtm), AS bahkan mencatatkan deflasi 0,1% pada Desember. Deflasi ini adalah yang pertama kali terjadi sejak Mei 2020.
Melandainya inflasi ini tentu saja menjadi kabar baik bagi pelaku pasar emas. Dengan inflasi yang terus melanda, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bisa semakin melonggarkan kebijakan moneter mereka.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret 2022.
The Fed juga diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada September 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Artikel Selanjutnya
Harga Emas Ambrol, Saatnya Beli?
(chd/chd)
[ad_2]
Source link