Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Permata Tbk. (BNLI) atau Permata Bank menyiapkan strategi guna mendorong profitabilitas pada era suku bunga tinggi.
Direktur Keuangan Permata Bank Rudy Basyir Ahmad mengatakan tidak berupaya menjaga neraca keuangan bank.
“Kami sekarang memang lagi berusaha menjaga neraca keuangan kami dari sisi strategi optimalisasi neraca ada tiga fokus,” ujar Rudy saat Public Expose PermataBank 2023 di Kantor Pusat Permata Bank, Kamis (23/11/2023).
BNLI berupaya meningkatkan pendanaan yang stabil dan murah dengan menjaganya biaya dana (CoF). Kedua, menentukan tingkat bunga kredit dengan lebih disiplin dengan fokus nasabah grosir yang dapat mewujudkan strategi prioritas bank, yakni menjadi mitra kerja ekosistem.
“Yang ketiga dari sisi penyaluran kredit, kami juga menjaga sisi prudentialnya juga. Tidak sebatas mengejar kreditnya ya. Jadi itu kurang lebih strategi holistik kredit dan DPK (dana pihak ketiga) bank,” pungkas Rudy.
Per September 2023,BNLI melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik per September 2023 Rp 2,14 triliun, turun 4,6%yoy.
Bila dirinci, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) bank masih naik 11,6% yoy menjadi Rp 7,44 triliun. Pendapatan bunga bank masih mampu mengompensasi beban bunga yang melonjak tinggi.
Akan tetapi beban (pemulihan) kerugian penurunan nilai aset keuangan atau penurunan nilai, melonjak 94,2% yoy menjadi Rp 1,87 triliun.
Di tengah era suku bunga tinggi, satu tantangan bank adalah menjaga likuiditas dan menawarkan suku bunga kredit yang kompetitif.
BI mencatat pertumbuhan DPK perbankan hanya 3,43% yoy per Oktober 2023. Bila dibandingkan dengan bulan lalu, pertumbuhan DPK perbankan menyusut jauh.
BI melaporkan DPK naik 6,54% yoy per September 2023. Angka ini tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya, yakni 6,24% yoy.
Chief Economist PermataBank Joshua Pardede pun menyebut salah satu faktor dari perlambatan perbankan DPK adalah likuiditas valas. Ia mengatakan mengesampingkan kebijakan BI untuk menahan suku bunga acuan di 6%.
“Diharapkan bisa meningkatkan likuiditas valas. Pertumbuhan valas terbatas, rekening pemerintah Indonesia masih terbatas. Dari komponen PDB juga mengalami penurunan. Harapannya rencana belanja pemerintah meningkat,” ujar Joshua pada kesempatan yang sama.
Bank Permata memproyeksikan pertumbuhan kredit dan DPK industri masih di kisaran 5%-6% pada akhir tahun ini.
Sementara itu, BI mencatat pertumbuhan kredit perbankan tumbuh 8,99% secara yoy per Oktober 2023. Secara sektoral pertumbuhan kredit ditopang oleh industri jasa dan pertambangan.
Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pertumbuhan kredit secara tahunan per Oktober 2023 tidak jauh berbeda. BI melaporkan pertumbuhan kredit per September 2023 sebesar 8,96% yoy.
Artikel Selanjutnya
Duh! Suku Bunga BI Bisa Setara dengan Fed Fund Rate di 5,75%
(mkh/mkh)