Home Top News BKKBN: Pangan lokal bantu cegah stunting saat krisis kemarau

BKKBN: Pangan lokal bantu cegah stunting saat krisis kemarau

0
BKKBN: Pangan lokal bantu cegah stunting saat krisis kemarau

[ad_1]

Jakarta (ANTARA) – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan pangan lokal bisa menjadi langkah antisipasi setiap keluarga untuk mencegah stunting pada anak saat menghadapi krisis musim kemarau.

“Makanya pendidikan pembelajaran dan sosialisasi (mengenai pencegahan stunting melalui panganan lokal) itu penting,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Kick Off Meeting yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Menanggapi adanya prediksi memasuki kekeringan yang lebih kering, Hasto menuturkan pangan lokal yang murah bisa menjadi alternatif dalam mencegah stunting.

Sebagai negara adidaya pangan, Indonesia bisa mengalami kekeringan yang kemungkinan menyebabkan krisis pangan di sejumlah daerah dengan pangan lokal lainnya yang relatif baik untuk dikonsumsi oleh anak.

Baca juga: BKKBN sebut Pancasila dorong dorong stunting lebih kuat

Baca juga: BKKBN nyatakan stunting harus tuntas untuk RI yang berkualitas

Ia mencontohkan kekeringan yang menyebabkan beras menjadi langka, maka masyarakat bisa mengakalinya dengan memakan singkong sebagai pemenuhan karbohidrat. Ia mengingatkan keluarga untuk tidak terpaku pada makanan instan seperti mi untuk mengenyangkan perut anak.

Menurut Hasto, setiap keluarga perlu mengubah pola pikirnya agar tidak fokus pada makanan instan yang lebih mudah diolah meski memiliki pekerjaan yang padat.

Maka dari itu, ia menyarankan agar orang tua menyediakan waktunya sedikit untuk belajar mengolah pangan lokal sebagai Makanan Pendamping ASI (MPASI). Salah satunya belajar membuat bubur atau memasak makanan yang mengandung protein hewani dengan harga yang murah dan mudah didapat seperti telur, ikan semacam lele atau kembung dan daging ayam.

Hasto turut mengingatkan musim kemarau mungkin dapat berdampak pada perekonomian keluarga. Sehingga dirinya menyarankan agar orang tua tidak terpaku pada bagaimana menyediakan susu formula bagi anak.

Sebab, pemenuhan gizi anak melalui susu yang terbaik sudah disediakan Tuhan melalui seorang ibu yang bisa memberikan ASI eksklusif sampai anak berusia enam bulan.

“Pencegahan stunting sebenarnya murah, kuncinya itu di protein hewani. Menurut saya, tidak usah mahal-mahal. Kenapa harus beli mi yang mohon maaf kita tidak tahu kandungan gizinya sebaik apa untuk anak, jangan hanya merasa ingin keren saja,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta setiap masyarakat untuk melakukan mitigasi musim kemarau pada 2023 ini. Salah satunya dengan cara memanen air hujan yang masih turun hingga hari ini.

Pasalnya, BMKG sudah memprediksi jika musim kemarau di tahun 2023 akan lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir (2020-2022).

“Pada saat kemarau nanti, air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau,” katanya.

Dengan demikian, sektor-sektor yang memicu seperti sumber daya udara, tembakan, senjata, dan kebencanaan perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan rendah tersebut.

Kondisi cuaca yang kering, kata dia, juga berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak terkait sebagai bentuk antisipasi dan antisipasi,” kata dia.*

Baca juga: Program Posyandu Prima Surabaya menjadi contoh nasional

Baca juga: Menko PMK: Penurunan stunting jadi kunci penyiapan generasi unggul RI

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
HAK CIPTA © ANTARA 2023

[ad_2]

Source link

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here