Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Excahnge menguat terpantau. Dalam sepekan, harga CPO mampu mencatatkan kenaikan 5,09% secara point-to-point/ptp, secara bulanan harga CPO sudah nanjak 8,28%, namun masih terkoreksi 1,03% secara tahunan.
Melansir Refinitiv, sepanjang pekan ini harga CPO tercatat 3 kali menguat dan 2 kali mengalami perlemahan. Penguatan paling tajam terjadi pada perdagangan Kamis (16/2/2023) sebesar 3,38% ke 4.069 MYR/ton sekaligus mencatatkan posisi tertinggi dalam 5 pekan terakhir.
Sentimen positif masih mendominasi harga CPO pekan ini. Perlemahan hanya berkisar 0,2% hingga 0,1%, lihat saja di akhir pekan, pada perdagangan Jumat (17/2/2023), Harga CPO ditutup naik 1,52% melanjutkan penguatan 2 hari beruntun.
Menguatnya harga CPO dipicu oleh dominannya sentimen positif baik dari dalam negeri maupun luar negeri sejak awal pekan yang bisa menopang harga CPO. Salah satunya adalah kenaikan permintaan CPO Malaysia.
Ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-15 Februari mencatatkan kenaikan. Berdasarkan perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia mencatatkan ekspor naik 8,9% dari bulan sebelumnya.
Sementara cargo surveyor Intertek Testing Services melaporkan peningkatan peningkatan sebesar 18,4% dan ekspor minyak sawit Malaysia selama 1-10 Februari naik antara 23,3% dan 39,3% dari bulan sebelumnya.
Selain ekspor, harga CPO juga mendapat sentimen dari kenaikan harga minyak nabati. Perlu diketahui, harga CPO bersaing dengan harga minyak nabati lain dan minyak mentah dunia sehingga hal ini dapat saling mempengaruhi.
Kontrak minyak kedelai aktif Dalian naik 0,97% sementara kontrak minyak sawit DCPv1 naik 0,89%. Sementara, harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOc2 turun 0,1% setelah mencapai level terbaiknya dalam 2minggu sebelumnya.
Sementara, harga minyak dunia masih terpantau ambruk karena kekhawatiran ekonomi global yang masih menjadi ‘momok’ yang mengerikan. Jika isu resesi terus berembus maka permintaan harga minyak dunia pun dikhawatirkan akan turun.
Dari dalam negeri, sentimen positif lain datang dari kebijakan kebijakan kewajiban pasar domestik (DMO) oleh pemerintah Indonesia di tengah terbatasnya potensi persediaan CPO global.
Kondisi ini diberlakukan pemerintah kita untuk menjaga stok minyak goreng jelang puasa hingga hari raya Idul Fitri mendatang.
Kebijakan ini juga diambil pemerintah dalam rangka merespon adanya kelangkaan minyak goreng, khususnya Minyakkita yang di produksi oleh pemerintah. Maka wajar hal ini menjadi sentimen positif bagi harga CPO di tengah potensi terbatasnya persediaan CPO global.
Di sisi lain, Indonesia tengah berupaya memastikan kecukupan pasokan sawit untuk memenuhi kebutuhan mandatori B35 di Tanah Air. Meskipun produksi sawit RI yang mencapai 47 juta ton per tahun maka membutuhkan 11 juta ton untuk Biodisel dan 10 juta ton untuk sektor pangan sekaligus memenuhi permintaan ekspor bisa tercukupi.
Saat ini Gapki tengah berupaya mendorong produksi sawit guna mendorong kinerja ekspor meski potensi penurunan harga komoditas masih membayangi.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
Harga CPO Terbang Pekan Ini, Ditiup PM Anwar Ibrahim?
(aum/aum)