Monday, November 18, 2024
HomeBisnisBRI Bimbing KWT Cahaya Suci, Sukses Berdayakan Perempuan

BRI Bimbing KWT Cahaya Suci, Sukses Berdayakan Perempuan


INFO BISNIS – KWT Cahaya Suci merupakan salah satu bagian dari Program Pemberdayaan BRI Klasterku Hidupku dan telah mendapatkan pelatihan sederet dan bengkel dari BRI untuk mengembangkan keterampilan mereka, dalam pengolahan dan pemasaran produk.

“Kami dapat pendampingan dan pelatihan. Kami dapat ilmu mengenai kemasan yang bagus seperti apa. Kami juga dikasih tahu tentang pembayaran digital melalui BRImo,” kata Made Sri Agastya, anggota yang juga berperan sebagai penggerak KWT Cahaya Suci.

Melalui program pemberdayaan ini, KWT Cahaya Suci juga merasa lebih mudah dan transaksi lebih aman. “Kami juga dibantu juga untuk pemasaran dalam mencari konsumen, salah satunya ya melalui kegiatan bazar yang digelar BRI,” kata Agastya.

KWT Cahaya Suci, kata Agastya, menjadi wadah untuk memberdayakan para wanita, khususnya para ibu rumah tangga yang ada di Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Terbentuk pertama kali pada 22 Desember 2018, kini terdapat 39 perempuan yang menjadi anggota KWT Cahaya Suci. Menurut Agastya hampir seluruh anggota KWT Cahaya Suci memiliki latar belakang sebagai petani.

Di luar kesibukan sebagai petani, untuk menambah penghasilan tambahan para perempuan mulai memasak aneka camilan dari kacang. Dari awal mula KWT Cahaya Suci mulai berkembang dan berhasil memberdayakan para perempuan lain di desanya. “Terus terang saya tidak punya tanah, jadi saya kadang beli kacang di pasar atau beli langsung ke petani, untuk diolah jadi camilan,” tutur Agastya.

Usaha awalnya hanya mengolah kacang keplos sebanyak 5 kg untuk dijual ke warung-warung yang ada di delapan banjar (dusun). Alasan mengapa Agastya menjual camilan kacang bisa dibilang sederhana, yaitu karena banyak orang di daerahnya yang menyukai kacang-kacangan.

Bukan cuma karena kacang yang menjadi camilan favorit saja, tapi ternyata kacang juga menjadi salah satu isian banten atau sesajen bagi umat Hindu yang ada di Bali. Artinya, dari hal sederhana itu, sebenarnya Agastya berhasil menangkap peluang dengan memenuhi kebutuhan pasar.

Keistimewaan kacang keplos khas Bali milik KWT Cahaya Suci terletak di pengolahannya. Camilan yang hadir dengan dua varian rasa, yaitu bumbu pedas manis dan original ini memiliki tekstur yang kriuk dan gurih. “Kacang keplos ini adalah jenis kacang merah yang digoreng dengan minyak berkualitas. Kulit arinya diayak beberapa kali dan minyaknya dihilangkan di-spinner,” ujar wanita berusia 53 tahun itu.

Dalam sekali produksi sebanyak 25 kg dan pasti habis dalam waktu 3 hari. “Biaya yang kami keluarkan untuk produksi sekitar Rp 1,25 juta sudah termasuk listrik, bahan baku. Pendapatan yang kami peroleh sekitar Rp 1,7 juta dan laba yang dihasilkan, kami gunakan untuk cicilan KUR tiap bulan,” ujar Agastya.

Melalui KWT Cahaya Suci, BRI secara tak langsung menyediakan ikut lapangan kerja bagi para perempaun di Desa Panji. Dengan langkah konkretnya, BRI sekaligus mendukung perekonomian lokal.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, Klasterku Hidupku merupakan pemberdayaan kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah, sehingga tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggotanya. Hingga akhir Juli 2024 tercatat BRI telah memiliki 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI juga telah menyelenggarakan 2.184 pelatihan dalam program Klasterku Hidupku tersebut.





Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments