Lebih detail, BSSN mencatat serangan siber di 2022 berjumlah 976.429.996 dengan trafik anomali yang paling banyak masih berasal dari aktivitas malware.
Jakarta (ANTARA) – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan insiden serangan keamanan siber tahun 2022 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 1,6 miliar serangan.
“Serangannya hampir 1 miliar (untuk 2022). Ini ancaman anomali-anomali yang ada di ruang siber,” ujar Kepala BSSN Hinsa Siburian di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Serangan “siber cloud” hingga “metaverse” jadi tren keamanan 2023
Lebih detail, BSSN mencatat serangan siber di 2022 berjumlah 976.429.996 dengan anomali trafik paling banyak masih berasal dari aktivitas malware.
Aktifitas malware adalah serangan dari perangkat lunak yang dirancang mampu merusak sistem komputer atau jaringan komputer sehingga membahayakan pemilik perangkat.
Pada tahun 2022 malware tercatat mendominasi dibanding dengan jenis serangan-serangan siber lainnya dengan total proporsi 56,84 persen.
Di posisi kedua, kebocoran data atau kebocoran informasi menjadi serangan siber terbanyak dengan proporsi 14,75 persen.
Baca juga: Investasi cloud dan keamanan siber diprediksi semakin meningkat di tahun 2023
Juru Bicara BSSN Ariandi Putra mengatakan kebocoran data di 2022 termasuk dalam serangan siber yang menyita perhatian salah satunya seperti kebocoran data yang diungkap oleh peretas bernama Bjorka.
Berulang kali Bjorka mengungkap data kebocoran mulai dari data-data pelanggan di beberapa korporat dan badan serta beberapa pejabat publik.
“Dari beberapa insiden kebocoran data yang menghiasi sepanjang 2022 itu sudah kami cari. Ada beberapa yang kami temukan dan ternyata pengulangan dari kasus dugaan pelanggaran data sebelumnya,” ujar Ariandi.
Serangan lain yang mengancam keamanan siber di Tanah Air adalah Aktivitas Trojan sebesar 10,9 persen dan disusul dengan serangan siber lainnya yang dikalahkan sebagai serangan lain sebesar 17,51 persen.
Sebagai langkah pencegahan menangkal serangan-serangan siber itu BSSN selalu mempertemukannya lewat Pusat Operasi Keamanan Nasional (NSOC) atau Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional.
Selain itu, BSSN juga memberikan notifikasi maupun pedoman kepada lembaga atau pun pemilik layanan sistem elektronik yang mengalami atau berpotensi terkena serangan siber sehingga dapat segera memperbaiki celah keamanannya.
Baca juga: UMKM wajib tahu lima tren keamanan siber 2023
Baca juga: Kerja hibrida populer 2023, perusahaan perlu meningkatkan keamanan siber
Baca juga: Survei Cisco soroti risiko perangkat tak terdaftar saat kerja hybrid
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ida Nurcahyani
HAK CIPTA © ANTARA 2023