Saat musim dingin menyelimuti dunia dalam cuaca yang sangat dingin, risiko dehidrasi mungkin bukan kekhawatiran pertama yang Anda pikirkan. Meskipun dehidrasi umumnya dikaitkan dengan suhu musim panas yang terik, cuaca dingin membawa tantangan tersendiri yang dapat membahayakan keseimbangan hidrasi tubuh Anda.
Dalam wawancara dengan Zee News English, Dr Disha Sheth, Konsultan Dokter, Ruby hall Clinic Wanowrie, Pune berbagi risiko kesehatan yang terkait dengan dehidrasi di musim dingin dan tips mencegahnya.
Memahami dinamika dehidrasi musim dingin dan menerapkan tindakan pencegahan sangat penting untuk menjaga kesehatan yang optimal selama bulan-bulan dingin.
Mencegah Dehidrasi di Musim Dingin
Bertentangan dengan anggapan umum, cuaca dingin dapat meningkatkan risiko dehidrasi. Suhu yang lebih rendah dapat mengurangi persepsi kita tentang rasa haus, sehingga menyebabkan berkurangnya asupan air. Selain itu, pilek dapat menyebabkan buang air kecil lebih sering karena tubuh berupaya mengatur suhunya. Untuk mengatasi hal ini, para ahli kesehatan menganjurkan asupan air setiap hari sebanyak 8-10 gelas, meski Anda tidak merasa haus. Memilih minuman pengganti cairan elektrolit yang mengandung glukosa, natrium, dan kalium dalam jumlah sedang membantu penyerapan dan retensi air yang lebih baik.
Memasukkan buah-buahan dan sayuran dengan kandungan air tinggi ke dalam makanan Anda juga sama pentingnya. Penyakit gastrointestinal, penyebab umum dehidrasi, dapat terjadi selama musim dingin dan dapat menyebabkan muntah dan diare. Anak-anak sangat rentan, dan pemberian larutan rehidrasi oral segera disarankan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Konsumsi air matang dan menghindari makanan dan sumber air yang terkontaminasi merupakan tindakan pencegahan penting untuk mencegah dehidrasi di musim dingin.
Keringat Akibat Kelembapan dan Dehidrasi Musim Dingin
Di musim dingin, keringat yang disebabkan oleh kelembapan menimbulkan tantangan unik. Meskipun udara dingin mungkin tidak memicu respons keringat yang sama seperti di musim panas, tubuh tetap kehilangan air melalui penguapan. Namun pada kondisi lembab, udara jenuh dengan air sehingga menghambat proses penguapan. Hal ini menyebabkan peningkatan keringat saat tubuh berjuang melepaskan panas, yang berpotensi menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi ringan, yang ditandai dengan hilangnya 5% total air tubuh, dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, selaput lendir kering, dan berkurangnya produksi urin. Mengenali tanda-tanda ini sangatlah penting, karena dehidrasi sedang (5%-10%) dan berat (10%-15%) dapat mengancam jiwa. Perhatian medis segera dianjurkan dalam kasus yang parah.
Saat musim dingin tiba, penting untuk tetap waspada terhadap dehidrasi. Dengan tetap terhidrasi, memasukkan makanan kaya air ke dalam pola makan Anda, dan mengenali tanda-tanda dehidrasi, Anda dapat memastikan kesehatan Anda sepanjang musim dingin.