Terakhir Diperbarui:
Meskipun alat pembersih udara dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, efektivitasnya pada tingkat polusi ekstrem seperti AQI Delhi 400-500 masih terbatas, dan penggunaan serta pemeliharaan yang tepat adalah kunci untuk mendapatkan manfaatnya.
Ketika Indeks Kualitas Udara (AQI) di Delhi melewati angka berbahaya 400 awal pekan ini, banyak penduduk yang bertanya-tanya apakah alat pembersih udara dapat memberikan bantuan. Meskipun ahli paru sepakat bahwa alat pembersih udara dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dengan mengurangi polutan seperti debu, serbuk sari, spora jamur, dan bulu hewan peliharaan, efektivitasnya akan berkurang kecuali jika tindakan pencegahan tertentu diikuti.
Dr. GC Khilnani, Ketua Pengobatan Paru, Perawatan Kritis, dan Tidur di Rumah Sakit PSRI, menekankan bahwa meskipun alat pembersih udara dapat membantu mengurangi polusi dalam ruangan, alat ini bukanlah obat yang bisa menyembuhkan segalanya. Dia menunjukkan bahwa tidak ada penelitian ilmiah yang secara meyakinkan menunjukkan manfaat kesehatan dari alat pembersih udara dalam kondisi polusi ekstrim. Agar alat pembersih udara dapat bekerja secara efektif, alat ini harus digunakan di ruangan tertutup, dengan pintu dan jendela tertutup. Menempatkannya di ruang tamu dan berharap dapat membersihkan seluruh rumah adalah hal yang tidak realistis.
Khilnani, pembersih udara biasanya terdiri dari dua komponen utama: filter yang menghalangi partikel (PM 2.5 dan PM 10) dan adsorben yang menangkap gas berbahaya seperti NO2 dan karbon monoksida. Untuk kinerja optimal, alat pembersih udara harus berkualitas baik, berukuran tepat untuk ruangan, dan dijalankan terus menerus. Selain itu, udara harus diarahkan ke area tempat orang duduk atau tidur untuk memaksimalkan manfaatnya.
Terlepas dari rekomendasi ini, Dr. Khilnani berhati-hati dalam mengharapkan hasil yang dramatis, terutama ketika tingkat AQI mencapai nilai ekstrim seperti 400-500. Dalam kasus seperti ini, alat pembersih udara mungkin hanya mengurangi sedikit tingkat PM 2.5, sehingga berpotensi menurunkannya menjadi sekitar 150 setelah menjalankan unit semalaman. Meskipun tidak sepenuhnya efektif, alat pembersih udara dapat memberikan sedikit kelegaan, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit pernafasan seperti asma, COPD, atau penyakit jantung.
Namun, Dr. Khilnani juga memperingatkan risiko perawatan yang tidak tepat. Kegagalan mengganti filter secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan jamur dan bakteri, yang dapat menyebabkan infeksi.
Sebaliknya, Dr. Nikhil Modi, konsultan senior di bidang Perawatan Pernafasan dan Kritis, mencatat bahwa pembersih udara yang dilengkapi dengan filter HEPA dapat menangkap hingga 99,97% partikel sekecil 0,3 mikron. Model seperti ini dapat secara efektif mengurangi alergen dan iritan yang memicu gejala pernafasan. Beberapa alat pembersih udara juga dilengkapi dengan filter karbon aktif, yang membantu menghilangkan bau dan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) yang dikeluarkan oleh produk rumah tangga, sehingga meningkatkan kualitas udara secara keseluruhan.
Namun, Dr. Modi menyoroti potensi efek samping. Beberapa alat pembersih udara, terutama yang dilengkapi ionizer, mungkin mengeluarkan sejumlah kecil ozon, yang dapat mengiritasi paru-paru dan memperburuk gejala asma atau alergi. Untuk menghindari hal ini, ia menyarankan untuk memilih model yang disertifikasi oleh standar seperti California Air Resources Board (CARB), yang menjamin tingkat ozon yang aman. Selain itu, penggunaan pembersih udara dalam jangka waktu lama, terutama selama musim dingin, dapat mengeringkan udara, menyebabkan ketidaknyamanan seperti kulit kering dan selaput lendir. Dalam kasus seperti itu, pelembab udara mungkin bermanfaat untuk mengembalikan kelembapan di udara.
Alat pembersih udara juga memiliki tantangan pemeliharaan. Beban polusi yang tinggi dalam kondisi AQI tinggi dapat merusak filter HEPA dengan cepat sehingga mengurangi masa pakainya. Meskipun filter standar bertahan antara 6-12 bulan, di lingkungan yang sangat berpolusi, filter tersebut mungkin perlu diganti setiap 1-3 bulan. Untuk kinerja optimal, penting untuk memeriksa filter secara rutin dan memastikan filter tidak tersumbat, karena hal ini dapat mengurangi efisiensi alat pemurni atau bahkan menyebabkan polutan masuk kembali ke udara.
Vikas Mittal, ahli paru di Rumah Sakit CK Birla, menyarankan bahwa tanaman dalam ruangan seperti bunga lili perdamaian, tanaman ular, dan tanaman laba-laba dapat membantu meningkatkan kualitas udara dengan menyerap beberapa polutan, seperti karbon dioksida dan VOC tertentu. Meskipun tanaman dapat melengkapi alat pembersih udara, efeknya minimal jika dibandingkan dengan alat pembersih, terutama untuk partikel halus seperti PM 2.5, yang umum terjadi di kota-kota yang berpolusi. Untuk mendapatkan dampak yang nyata, diperlukan tanaman dalam jumlah besar, dan bahkan tanaman tersebut tidak dapat menghilangkan partikel terkecil dan paling berbahaya.
Singkatnya, meskipun alat pembersih udara dapat membantu mengurangi beberapa polutan dan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, alat ini bukanlah solusi yang tepat, terutama pada saat polusi ekstrem. Penggunaan, pemeliharaan, dan kondisi ruangan yang tepat sangat penting untuk mendapatkan manfaat maksimal. Bagi mereka yang berada di daerah dengan polusi tinggi seperti Delhi, alat pembersih udara dapat memberikan sedikit bantuan, terutama bagi individu yang memiliki masalah pernapasan, namun alat ini tidak boleh diandalkan sebagai satu-satunya tindakan untuk memerangi polusi.