Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu topik panas yang dibahas dalam debat calon wakil presiden (cawapres) kedua adalah soal pengembangan proyek energi baru terbarukan (EBT). Gibran Rakabuming Raka, Cawapre nomor urut 2 menyebutkan potensi sumber EBT di Tanah Air yang luar biasa, potensinya bisa mencapai 3.686 gigawatt (GW).
Menurutnya, sumber energi ramah lingkungan tersebut diharapkan mampu meningkatkan perekonomian RI di masa mendatang.
Di sisi lain, cawapres nomor urut satu, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyoroti persoalan belum berlakunya pajak karbon yang potensi bisa mencegah upaya negara dalam mewujudkan net zero emisi pada tahun 2060.
Diketahui, pemerintah memiliki target nol emisi karbon atau net zero emisi yang dicapai pada tahun 2060. Emiten perbankan mulai menerapkan perbankan berkelanjutan atau perbankan berkelanjutan, guna mendukung target tersebut.
Industri perbankan mulai gencar mendukung mega proyek yang akan menjadi Andalan dalam transisi energi ini, yakni pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Baik kendaraan listrik roda dua (motor listrik) maupun roda empat (mobil listrik).
Bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) tercatat telah memberikan pembiayaan hijau sebesar Rp60,6 triliun atau 9,1% dari total kredit yang disalurkan bank hingga kuartal III-2023. Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada mengungkapkan pinjaman ramah lingkungan tersebut disalurkan terutama kepada berbagai sektor, termasuk energi terbarukan.
Selanjutnya, bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) tercatat telah menyalurkan kredit ke sektor hijau sebesar Rp79,4 triliun hingga kuartal II-2023. BRI juga kini menjadikan pembiayaan hijau sebagai prioritas.
Hal tersebut diwujudkan dengan menyalurkan kredit sektor EBT transportasi ramah lingkungan dan alokasi untuk pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan ramah lingkungan.
Bank pelat merah lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan penyaluran portofolio berkelanjutannya mencapai Rp242 triliun. Rinciannya, pembiayaan untuk kategori hijau mencapai Rp115 triliun, sedangkan untuk kategori sosial mencapai Rp127 triliun.
Pembiayaan itu disalurkan ke berbagai sektor, di mana sektor pertanian berkelanjutan (pertanian berkelanjutan) mendominasi sebesar Rp95,6 triliun. Selain itu, sektor EBT menyusul sebesar Rp8,9 triliun.
Bank swasta terbesar RI, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga tak mau kalah. Saat ini penyaluran kredit BCA ke sektor-sektor berkelanjutan naik 11,9% YoY mencapai Rp193 triliun per September 2023, dan berkontribusi hingga 25,0% terhadap total portofolio pembiayaan BCA.
Per September 2023, nilai penyaluran kredit kendaraan bermotor (KKB) berbasis listrik BCA meningkat hingga 15 kali lipat secara tahunan.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menyampaikan telah berkomitmen melanjutkan penyaluran pembiayaan berkelanjutan ke berbagai sektor dan aktif berkomunikasi serta mengedukasi debitur terkait pembiayaan hijau. Ini termasuk memberikan kredit dengan skema keberlanjutan linked loan (SLL).
Sekadar informasi, SLL adalah skema pembiayaan yang memungkinkan pemberian insentif bagi debitur, jika mencapai kinerja sesuai indikator-indikator SPT (Sustainability Performance Target).
Artikel Selanjutnya
Ada Bursa Karbon, Saham Emiten EBT Ketiban Berkah
(fsd/fsd)