Perempuan di Desa Umoja mandiri.
Umoja, yang terletak sekitar 380 km dari ibu kota Kenya, Nairobi, memiliki keunikan: tidak memperbolehkan laki-laki memasuki desanya.
Kelompok suku di seluruh dunia mempunyai adat istiadat yang unik. Meskipun beberapa kelompok menyantap hidangan langka, kelompok lainnya memiliki jenis perayaan yang unik. Suku-suku ini kebanyakan tinggal di hutan atau lahan, jauh dari kehidupan perkotaan. Habitatnya dekat dengan alam dan bergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Suku-suku mempunyai cara unik mereka sendiri dalam berburu dan mengumpulkan makanan, dan selama bertahun-tahun, mereka juga telah membentuk cara mereka sendiri untuk berkomunikasi. Ada satu kelompok suku di Kenya, Afrika, yang menjadi berita utama karena tidak mengizinkan laki-laki menetap di desa mereka. Seluruh kelompok dijalankan oleh perempuan, dan mereka hidup bersama secara damai.
Sebuah desa di Kenya bernama Umoja yang terletak sekitar 380 km dari ibu kota Kenya, Nairobi, memiliki keunikan: tidak memperbolehkan laki-laki memasuki desanya. Desa Umoja didirikan oleh Rebecca Lolosoli pada tahun 1990. Rebecca menikah pada usia muda 18 tahun. Selama pernikahannya, dia dipukuli oleh suaminya. Mirip dengan perempuan lain di desanya, dia juga diperkosa oleh tentara Inggris. Ketika dia memutuskan untuk berbicara menentang mereka, suaminya menghentikannya, dan dia semakin dipukuli oleh suaminya. Rebecca kemudian memutuskan untuk meninggalkan rumah suaminya dan mendirikan komunitas bagi para penyintas pemerkosaan.
Rebecca, seperti perempuan lain di Umoja, berasal dari suku Samburu di Kenya. Samburu terkait dengan suku Maasai di Kenya. Mereka adalah pendeta semi-nomaden yang sebagian besar menggembalakan ternak. Suku ini pada dasarnya bersifat patriarki, artinya perempuan dalam kelompok tersebut tidak diperbolehkan mengambil keputusan.
Populasi Umoja bertambah selama bertahun-tahun, dan kini mencakup perempuan yang lolos dari pernikahan anak, mutilasi alat kelamin perempuan (FGM), kekerasan dalam rumah tangga, dan pemerkosaan. Semua kejahatan ini merupakan norma budaya di kalangan suku Samburu.
Perempuan di Desa Umoja mandiri. Mereka bertahan hidup dengan membuat perhiasan dan menjualnya di jalan. Umoja juga mengenakan biaya minimal bagi wisatawan untuk mengunjungi desa tersebut, dan begitulah cara mereka menjalankan mata pencaharian. Desa ini juga memiliki sekolah yang layak, yang memberikan pendidikan kepada sekitar 200 anak di desa tersebut.