Jakarta (ANTARA) – Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta harus meningkatkan penyuluhan masyarakat tentang penyakit menular saat musim hujan, salah satunya demam berdarah dengue (DBD).
Hal ini, menurut dia, dapat dilakukan untuk mengantisipasi munculnya kasus baru penyakit-penyakit menular seiring masuknya musim hujan seperti saat ini.
“Untuk Dinas Kesehatan Jakarta, tingkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang DBD dan berbagai penyakit lainnya,” kata Tjandra saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Dia mengungkapkan bahwa musim hujan biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti, yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah.
Dia mengingatkan pada musim hujan, biasanya banyak sampah semisal kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu berisi udara dan terjadi penumpukan selama beberapa waktu. Tempat-tempat ini akhirnya menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk sebagai penular penyakit.
Baca juga: Pneumonia disebabkan mandi malam hari hanya mitos
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat harus diingatkan kembali tentang gerakan 3M yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan udara secara teratur dan menutup tempat penyimpanan udara dengan rapat.
Selain DBD, penyakit menular yang berpotensi muncul yakni diare. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu.
Sedangkan Saat banjir, kata Tjandra, sumber-sumber air minum masyarakat dari sumur dangkal banyak ikut tercemar.
“Di sisi lain, saat banjir ada kemungkinan akan terjadi pengungsian dengan fasilitas dan sarana lokasi pengungsian serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih,” ujar Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 itu.
Penyakit lainnya juga dapat muncul saat hujan, yakni leptospirosis. Penyakit ini disebabkan bakteri leptospira dan ditularkan melalui kotoran dan udara kencing tikus.
Baca juga: Pemerintah perlu mereformulasi makanan kemasan untuk melindungi warga negara
Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut dapat berkeliaran di sekitar manusia dan kotoran serta udara kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.
“Seseorang yang mempunyai luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi dapat terinfeksi dan akan jatuh sakit,” ujar Tjandra.
Dia juga mengingatkan potensi peningkatan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di musim hujan, lalu penyakit kulit baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain serta penyakit terkait saluran cerna lain semisal demam tifoid.
Oleh karena itu, demi mengantisipasi munculnya kasus baru penyakit menular tersebut, selain penyuluhan, Dinas Kesehatan (Dinkes) juga harus mengidentifikasi daerah-daerah di Jakarta yang rentan terhadap peningkatan berbagai penyakit menular di musim hujan.
Baca juga: Pakar kesehatan: Harga obat di RI enam kali lebih mahal dari India
Setiap Puskesmas kelurahan di Jakarta, kata Tjandra, harus mengidentifikasi kelompok rentan di daerahnya masing-masing, termasuk lansia.
Selain itu, Dinkes harus siap memobilisasi kader-kader kesehatan di setiap kelurahan dan RW serta memastikan pelayanan kesehatan Jakarta siap dan dapat memberikan pelayanan kesehatan pada warga, dengan tiga kaidah utama. Yakni bermutu, cepat tanggap lalu ramah dan manusiawi.
“Perlu juga diantisipasi perburukan penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena menurunnya daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari,” katanya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Redaktur: Sri Muryono
Hak Cipta © ANTARA 2024