PENYEBAB banjir bandang yang terjadi hampir di seluruh wilayah di Kota Sukabumi, Jawa Barat, sekitar dua pekan lalu menjadi perhatian semua elemen perangkat daerah. Sebab, biasanya banjir hanya berupa genangan yang dalam waktu hitungan jam kembali surut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi, Asep Irawan, mengaku heran bisa terjadi banjir yang begitu dahsyat. Terlebih lagi, banjir melanda hampir seluruh wilayah di daerah itu.
Kalau melihat kontur daerah, Kota Sukabumi itu karakteristik wilayahnya miring, bukan cekungan. Kalaupun ada banjir, sifatnya hanya genangan. Sejam atau dua jam juga kembali surut. Kalau kejadian pada 5 November 2024, banjirnya sangat dahsyat, kata Asep kepada wartawan seusai Konsultasi Publik Tahap 2 Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD Kota Sukabumi tahun 2025-2029.
Asep menduga, banjir bandang kala itu memicu debit udara dari arah hulu. Volume udara yang sangat besar dari arah hulu kemungkinan tidak kuat ditampung aliran sungai ataupun selokan.
“Kondisi saluran air tak berbanding lurus dengan debit udara yang sangat besar. Akibatnya air meluap hingga mengakibatkan banjir bandang,” tuturnya.
Dia menilai, kondisi saluran-saluran udara di Kota Sukabumi banyak mengalami perubahan signifikan. Kondisi itu bisa jadi memicu pertumbuhan penduduk.
“Saluran-saluran udara mengalami penyempitan. Bahkan diketahui tak sedikit terdapat bangunan di atas saluran air. Ini harus kita benahi dari sekarang agar tak terulang kejadian serupa di kemudian hari,” jelas Asep.
Belum lagi kebiasaan membuang sampah sembarangan, terutama ke aliran sungai. Banyak ditemukan kasur bekas, kursi bekas, dan barang-barang lain yang terbawa banjir bandang.
Masalah lain yang jadi pemicu penyebab banjir adalah terjadinya alih fungsi lahan produktif menjadi perumahan. Kondisi itu terjadi daerah-daerah tangkapan air menjadi berkurang.
“Persoalan tata kelola air akan kita rumuskan bersama agar di bagian hulu tidak terlalu digunakan untuk kegiatan tata guna lahan. Sehingga, udara lebih banyak diserap tanah dan dialirkan ke selokan-selokan,” terang Asep.
Upaya yang dilakukan DLH menanggulangi bencana dilakukan dengan tindakan preventif. DLH terus memberikan kampanye atau penyuluhan kepada masyarakat untuk menjaga kondisi lingkungan.
“Kita juga melalukan upaya pembersihan sampah di aliran-aliran sungai untuk mengantisipasi terjadinya sedimentasi dan penyumbatan,” tutupnya. (BB/J-3)