Tuesday, September 17, 2024
HomeBisnisEkonom Kritik Rencana Wajib Asuransi Kendaraan Bermotor: Ada Kebutuhan Lebih Mendesak

Ekonom Kritik Rencana Wajib Asuransi Kendaraan Bermotor: Ada Kebutuhan Lebih Mendesak


TEMPO.COBahasa Indonesia: Jakarta – Senior Ekonom Faisal Basri mengkritisi rencana pemerintah yang mewajibkan asuransi kendaraan Bermotor melalui skema tanggung jawab pihak ketiga (TPL). Menurut Faisal, pemerintah akan kesulitan menerapkan kebijakan tersebut. Pasalnya, kata Faisal asuransi kendaraan bermotor tidak bisa bersifat wajib dan mengikat bagi masyarakat. Faisal menjelaskan, hingga saat ini kesadaraan masyarakat Indonesia untuk mengasuransikan kendaraan bermotor masih berada di tingkat kelas menengah atas.

Faisal menegaskan, di daerah-daerah, masyarakat tidak mempertimbangkan asuransi kendaraan karena adanya kebutuhan yang lebih mendesak seperti konsumsi untuk pangan. “Kenapa harus diwajibkan kalau orang merasa tidak ada risikonya. Ini akan kesulitan karena di pedesaan misalnya tidak ada risikonya. Jadi kalau diwajibkan, ini berpotensi meningkatkan inflasi,” ujar Faisal saat ditemui usai menjadi pembicara di forum keuangan nonbank di Jakarta, Jumat 26 Juli 2024.

Faisal menambahkan, kebijakan tersebut tidak perlu dilaksanakan dalam waktu dekat. Menurutnya tidak semua negara berhasil meningkatkan sektor industri keuangan dari penerapan wajib asuransi kendaraan bermotor.

Menurut Faisal, seharus pemerintah memperbaiki sistem keamanan industri sektor keuangan. Sehingga berikutnya bisa memicu peningkatan partisipasi masyarakat dalam berasuransi. “Tapi langkah ini harus dilakukan juga dengan perbaikan ekonomi. Bagaimana bisa kalau pertumbuhan ekonomi mentok di 5 persen saja,” ujarnya.

Diwawancarai secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ogi Prastomiyono mengakui hal tersebut. Ogi mengatakan rendahnya partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam asuransi dipicu karena minimnya pengetahuan akan pentingnya asuransi.

Iklan

“Tanpa literasi orang tidak tahu kebutuhannya atau apa. Jadi kalau itu literasi bisa dilaksanakan dan kebutuhan itu akan muncul. Kalau saya tidak punya produk asuransi, maka saya akan berisiko lebih. Itu edukasi itu yang perlu terus-menerus dilakukan,” ujarnya.

Ogi mengatakan saat ini paradigma tentang asuransi perlu diubah. Dia menilai, kesadaran masyarakat terhadap produk jasa keuangan tidak bisa dilakukan secara instan. “Makanya campaign untuk asuransi kita ubah, kalau dulu mari berasuransi, sekarang itu paham, paham dulu, baru miliki,” katanya.

Pilihan editor: Jokowi Sebut Belum Ada Kepastian soal Wajib Asuransi Kendaraan





Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments