Semarang, CNBC Indonesia – Air bersih merupakan kebutuhan seluruh masyarakat. Namun, proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) sering mengeluarkan biaya mahal untuk investasi infrastrukturnya.
Misalnya saja, salah satu proyek SPAM di Semarang Barat. Proyek ini menelan biaya investasi sebesar Rp1,2 triliun.
Namun, berkat skema pembiayaan kreatif melalui Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), pemerintah dapat menghemat 38% pengeluaran karena porsi tersebut dibiayai swasta. Dalam hal ini, yang bertindak sebagai investor swasta adalah konsorsium PT Air Semarang Barat (ASB) yang menyumbangkan investasi sebesar Rp458 miliar.
Sisanya, Pemerintah menyyuntik Rp746 miliar dengan rincian porsi masing-masing dari Pemkot Semarang sebesar 19% bernilai Rp224 miliar, PDAM 16% Rp198 miliar dan pemerintah pusat 27% sebesar Rp324 miliar.
Direktur ASB Yudi Nurpriyanto mengatakan, berkat skema KPBU, perusahaan bisa menghemat infrastruktur biaya sehingga harga pasar yang dijual ke masyarakat bisa ditekan. Pihaknya bisa menjual air baku ke PDAM dengan harga tiga sampai empat kali lipat lebih murah dari harga pasar.
Bila diasumsikan ASB luncurkan sepenuhnya Rp 1,2 triliun tanpa skema KPBU, maka harga yang diberikan kepada masyarakat bisa mencapai Rp7.500 per meter kubik. Sementara saat ini, pihaknya menjual ke PDAM dengan harga Rp2.500 per meter kubik.
“Jadi artinya kita juga terlibat di sini dalam rangka masyarakat mendapat air bersih dengan harga yang layak. Setidaknya dengan harga 2.500an ini tentunya mestinya mereka bisa untuk mendapatkan air yang layak,” kata Yudi dalam Press Tour Kemenkeu, di Semarang, Kamis, (18 /7/2024).
Harga ini pun dinilai masih menguntungkan bagi PDAM yang menjadi penyalur air baku tersebut ke masyakat. Karena, PDAM masih bisa mendapatkan keuntungan hingga dua kali lipat dengan menjualnya mulai dari harga Rp5.000 ke ritel.
Lebih jauh, Direktur Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur, Kementerian Keuangan RI Brahmantio Isdijoso mengapresiasi proyek SPAM Semarang Barat sebagai salah satu bukti nyata keberhasilannya gotong royong antara negara dan swasta untuk membangun infrastruktur.
“(Skema KPBU) ini sudah terbukti selama 15 tahun ini. Dengan kondisi APBN yang ada kita bisa mengajak teman-teman swasta untuk
menyediakan layanan air kersih untuk masyarakat,” tuturnya dalam kesempatan terpisah.
Buah manis dari proyek ini pun dirasakan oleh Sumarjo. Pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) berusia 77 tahun itu mengaku terbantu atas adanya proyek SPAM Semarang Barat ini.
Sebelumnya, daerah rumahnya sempat mengalami kesulitan dalam mendapatkan air tanah. “Iya, manfaatnya sangat besar. Kita tidak perlu repot-repot. Buka keran, siang malam hari mengalir terus,” tutur Sumarjo.
Sekadar informasi, Proyek KPBU SPAM Semarang Barat diprakarsai oleh Pemerintah Kota Semarang untuk menyediakan layanan air minum dengan kapasitas target 1.000 liter per detik yang melayani sekitar 70.000 sambungan rumah tangga di Kecamatan Tugu, Ngaliyan, dan Semarang Barat. PJPK proyek ini adalah PDAM Tirta Moedal, yang menandatangani perjanjian KPBU dengan SPC bernama PT Air Semarang Barat.
Proyek ini mendapatkan dukungan fiskal dari Kementerian Keuangan berupa Fasilitas PDF dan melalui Penjaminan KPBU oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). Kementerian PUPR memberikan dukungan teknis untuk pembangunan fasilitas intake dan jaringan distribusi utama, sementara Pemerintah Kota Semarang memberikan dukungan dalam pengadaan lahan.
Dalam proyek ini, BUP yaitu PT Air Semarang Barat bertanggung jawab atas desain, pembangunan, pembiayaan, pengoperasian, dan pemeliharaan fasilitas pengolahan dan penyimpanan udara (Water Treatment Plant, Pipa Transmisi, dan Reservo ir) selama 25 tahun masa kerjasama.
BUP mendapatkan pengembalian investasi dari hasil penjualan air yang dilakukan oleh PDAM Tirta Moedal kepada masyarakat. Proyek KPBU SPAM Semarang Barat telah beroperasi sejak Mei 2021 dan hingga saat ini telah berhasil mencapai penyerapan 605 liter per detik dengan 44.319 sambungan rumah tangga.
(mkh/mkh)