Aktris Pakistan Hania Aamir telah mengidentifikasi individu yang bertanggung jawab atas penyebaran video deep fake buatan AI miliknya, mengambil tindakan cepat untuk melaporkan orang tersebut, dan mendesak penggemarnya untuk melakukan hal yang sama.
Hania Aamir, yang dikenal karena pesona dan popularitasnya di industri hiburan Pakistan, menjadi pusat kontroversi ketika video eksplisit yang menampilkannya menjadi viral di media sosial.
Meskipun awalnya tidak jelas apakah dia adalah orang dalam rekaman tersebut, segera menjadi jelas bahwa video tersebut pemalsuan mendalam—dibuat menggunakan AI untuk menempelkan wajahnya ke tubuh orang lain.
Aktris itu menanggapi insiden itu dengan tegas di Instagram, dengan menyerukan bahaya penyalahgunaan AI.
“AI ini sangat berbahaya. Apakah tidak ada hukum yang melarangnya?” tanya Aamir, merujuk pada video yang dikonfirmasi bukan miliknya.
Dalam pembaruan terkini, Hania Aamir mengungkapkan bahwa dia telah melacak individu yang bertanggung jawab menyebarkan konten deepfake.
Aktris tersebut membagikan tangkapan layar akun Instagram yang dimaksud, milik pengguna bernama “Anureet Sandhu,” yang telah mengumpulkan lebih dari 22.000 pengikut.
Akun tersebut menampilkan lebih dari 100 unggahan, banyak di antaranya merupakan video buatan AI yang menampilkan wajahnya.
Aktris tersebut meminta bantuan para pengikutnya untuk melaporkan akun tersebut, dengan menyatakan, “Dia telah memblokir saya, tetapi bisakah kalian semua melaporkan akun ini?”
Segera setelah postingannya, nama akun tersebut diubah menjadi “Core Sandhu” dalam upaya yang jelas untuk menghindari deteksi.
Pengguna tersebut kemudian mengganti nama akunnya sekali lagi menjadi “Sandhu Core.”
Video tersebut telah dihapus, dan penggemarnya menanggapi dengan melaporkan profil tersebut.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa akun tersebut dibuat di India dan lokasinya tercantum sebagai Chandigarh.
Menurut tangkapan layar yang dibagikan aktris tersebut, akun tersebut telah berganti nama sebanyak 18 kali sejak dibuat pada September 2022.
Insiden ini telah menyalakan kembali perbincangan tentang tantangan etika teknologi AI dan perlunya regulasi yang lebih kuat untuk mencegah penyalahgunaannya.