Menjelang Hari IVF Sedunia, penting untuk menyoroti masalah kesehatan yang signifikan yang memengaruhi jutaan orang India di semua lapisan sosial ekonomi – infertilitas. Kondisi ini, yang sering kali diselimuti kesunyian dan stigma, bukan sekadar perjuangan pribadi tetapi masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian dan tindakan segera.
Kemandulan, ketidakmampuan untuk hamil setelah satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa pengaman, memengaruhi sekitar 10-15% pasangan di seluruh dunia. Di India, angka ini meningkat, dengan perkiraan 27,5 juta pasangan berjuang melawan kemandulan. Faktor penyebabnya meliputi perubahan gaya hidup, bertambahnya usia pernikahan, keterlambatan memiliki anak, urbanisasi, dan kondisi medis seperti PCOS dan endometriosis.
Dr. Chaitali Taware, Spesialis IVF, Clara IVF mengatakan, “Fertilisasi in vitro (IVF) telah muncul sebagai harapan bagi pasangan yang mengalami infertilitas, dan mengubah pengobatan reproduksi. IVF melibatkan pengambilan sel telur dari ovarium dan pembuahannya dengan sperma di laboratorium, diikuti dengan penanaman embrio yang dihasilkan ke dalam rahim. Metode ini menawarkan peluang kehamilan yang lebih tinggi bagi banyak pasangan yang berjuang dengan konsepsi alami.”
“Berkat kemajuan teknologi dan teknik medis, tingkat keberhasilan IVF terus meningkat. Data dari Indian Society for Assisted Reproduction menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan IVF di India berkisar antara 30% hingga 35% per siklus untuk wanita di bawah usia 35 tahun, sebanding dengan standar global. Inovasi seperti pengujian genetik praimplantasi (PGT) dan teknik kultur embrio yang lebih baik telah semakin memperkuat tingkat keberhasilan ini dengan memungkinkan pemilihan embrio yang paling sehat, mengurangi risiko kelainan genetik, dan meningkatkan peluang kehamilan.” Dr. Taware menambahkan.
Meskipun menjanjikan, aksesibilitas dan keterjangkauan IVF masih menjadi kendala yang signifikan di India. Satu siklus IVF menghabiskan biaya antara INR 1,5 hingga 2,5 lakh, yang tidak terjangkau bagi banyak pasangan, terutama mereka yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah negara bagian, seperti Tamil Nadu, telah memulai program ART bersubsidi di rumah sakit pemerintah agar perawatan ini lebih mudah diakses.
Intervensi kebijakan sangat penting untuk membuat IVF dan perawatan kesuburan lainnya lebih mudah dicapai. Menyertakan perawatan kesuburan dalam cakupan asuransi kesehatan dapat mengurangi beban keuangan pasangan secara signifikan. Selain itu, menerapkan kebijakan tempat kerja yang mendukung yang menawarkan cuti terkait kesuburan dapat membantu mengurangi stres yang terkait dengan perawatan.
Menangani infertilitas memerlukan pendekatan yang beragam, dimulai dengan peningkatan kesadaran. Menghilangkan mitos dan mengurangi stigma yang terkait dengan infertilitas sangatlah penting. Kampanye dan edukasi kesehatan masyarakat dapat memainkan peran penting dalam menormalkan percakapan seputar kesehatan reproduksi dan mendorong pasangan untuk mencari pertolongan tanpa rasa malu.