Jakarta (ANTARA) – Delegasi Indonesia yang terdiri atas Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong, Duta Besar RI di Nairobi Mohamad Hery Saripudin, serta pejabat dari Kementerian LHK, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, dan KBRI Nairobi sukses berpartisipasi dan memperjuangkan kepentingan nasional dalam acara Majelis Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEA) ke-6 di Nairobi, Kenya.
“Indonesia telah meningkatkan kualitas lingkungan (tanah, udara, udara), melalui langkah-langkah komprehensif, inovatif, terpadu untuk mengendalikan polusi melalui optimalisasi pengelolaan sampah (hulu-hilir) dan sirkular ekonomi dalam kerangka Nol Limbah, Emisi nol 2030,” kata Alue yang memimpin delegasi tersebut dalam siaran pers KBRI Nairobi diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut Alue, Indonesia juga telah berupaya keras untuk menunjukkan komitmennya dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan bakau melalui inisiatif bakau berketahanan iklim dan membangun World Mangrove Center.
Indonesia juga menggarisbawahi keberhasilan pengelolaan air yang akan menjadi memamerkan pada The 10th World Water Forum pada Mei di Bali, serta mengundang partisipasi seluruh pihak pada pertemuan tersebut.
Indonesia mengajak sejumlah negara lain untuk melakukan konservasi, restorasi dan pengelolaan bakau secara berkelanjutan, mencegah dan mengatasi polusi yang merusak hutan mangrove, mencegah konversi hutan mangrove, meningkatkan penelitian dan pengembangan dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan mangrove, dan meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan mangrove, serta memobilisasi sumber daya untuk konservasi, restorasi dan pemeliharaan mangrove berkelanjutan.
UNEA yang beranggotakan 193 Negara Anggota PBB merupakan badan pengambil keputusan tertinggi di dunia untuk menetapkan kebijakan prioritas dalam mengatasi permasalahan lingkungan global seperti isu ekonomi sirkular; tindakan multilateral yang efektif, inklusif, dan berkelanjutan menuju keadilan iklim; modifikasi radiasi matahari; pengelolaan bahan kimia dan limbah yang baik, serta badai pasir dan debu.
Lebih dari 5.000 delegasi dari 139 Negara Anggota PBB serta sekitar 60 menteri dan 50 pejabat setingkat wakil menteri/direktur jenderal hadir pada UNEA Ke-6 yang berlangsung pada 26 Februari–1 Maret.
Dubes Hery mengatakan UNEA Ke-6 merupakan platform untuk menentukan norma tentang bagaimana negara anggota menyikapi berbagai isu lingkungan.
Baca juga: KLHK: Dokumen ULM lengkap mengelola 621 hektare mangrove Kotabaru
“Sebagai pemilik hutan mangrove terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, Indonesia memberikan teladan yang baik dan' Menurut contoh', yang menjadi kontribusi penting dalam mengatasi tantangan lingkungan global yang saling terkait (interlinkages)”, kata Hery.
Lebih lanjut, Hery mengatakan Indonesia senantiasa mendorong sinergi antara proses dan inisiatif global pada berbagai platform multilateral, dengan pelibatan inklusif seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung pelestarian lingkungan dan mewujudkan dunia yang lebih hijau.
UNEA Ke-6 menghasilkan Deklarasi Menteri berisi dorongan untuk meningkatkan upaya penanganan perubahan iklim, mendukung implementasi Dekade Restorasi Ekosistem PBB dan Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasimemerangi degradasi lahan/penggurunan dan deforestasi, transisi produksi pertanian/perikanan berkelanjutan, pengelolaan hutan berkelanjutan, mewujudkan transisi energi yang adil dan berkelanjutanpengelolaan mineral/logam ramah lingkungan, aktif membangun pada negosiasi pembentukan instrumen internasional terkait polusi plastik, meningkatkan kerja sama mengatasi polusi serta pengelolaan bahan kimia/limbah yang lebih baik.
UNEA Ke-6 juga mengadopsi 1 laporan dan 2 keputusan, serta 15 resolusi mengenai sirkularitas agroindustri tebu rendah karbon; peningkatan peran forum regional para menteri/kantor program regional lingkungan hidup PBB dalam kerja sama multilateral; pemajuan kerja sama-kolaborasi-sinergi implementasi Perjanjian Lingkungan Hidup Multilateral (MEA) dan instrumen lingkungan hidup terkait; aspek lingkungan mineral dan logam; peningkatan kerja sama UNEA-UNEP-MEA; pertarungan badai pasir dan debu; pemajuan gaya hidup berkelanjutan; pengelolaan bahan kimia/limbah yang baik; memajukan kerja sama regional mengatasi polusi udara global; penanganan pestisida yang sangat berbahaya; bantuan pemulihan lingkungan hidup di wilayah konflik bersenjata; solusi efektif/inklusif untuk memperkuat kebijakan udara; Memperkuat upaya pemberantasan internasional/memulihkan degradasi lahan/penggurunan, serta ketahanan terhadap kekeringan dan amandemen instrumen pembentukan Fasilitas Lingkungan Global.
Pada kesempatan itu Indonesia juga mengadakan acara sampingan bertajuk”World Mangrove Center – Memimpin dengan Memberi Teladan” yang menggarisbawahi peran Indonesia sebagai negara pemenang dalam isu mangrove dan tekanan perlunya “keinginan untuk terhubung“, termasuk melalui didirikannya World Mangrove Center.
Baca juga: BRGM dan Bank Dunia rehabilitasi mangrove seluas 32 ribu hektare tahun ini
Pewarta : Asri Mayang Sari
Redaktur: Bayu Prasetyo
Hak Cipta © ANTARA 2024