Para peneliti akhirnya mengungkap penyebab penyakit misterius yang melanda Karachi pada tahun 2021 dan menemukan bahwa virus Zika berada di balik penyakit yang telah mempengaruhi ratusan orang di pusat keuangan negara tersebut.
Penyelidik Utama Jaringan Penelitian Antiviral Dunia Bersatu (UWARN) Dr Najeeha Talat Iqbal mengatakan, bahwa para peneliti di Universitas Aga Khan (AKU) di Karachi mendeteksi dua kasus virus Zika pada tahun 2021 selama wabah penyakit virus misterius yang kemudian dikonfirmasi melalui metagenomik di Gale Lab di Universitas Washington di Seattle.
“Selama penelitian kami, kami mengonfirmasi keberadaan virus Zika di Pakistan, yang sebelumnya tidak terdeteksi,” kata Dr. Talat saat merujuk pada penelitian yang melibatkan pasien dengan penyakit virus akut berusia antara 1 dan 75 tahun dari bangsal AKU, klinik rawat jalan, dan rujukan dokter.
Sementara itu, 44 pasien dari kelompok Arbovirus didaftarkan dan enam di antaranya negatif NS1 dengan penyakit demam akut, muntah, dan diare. Kasus-kasus ini didaftarkan antara Agustus dan November 2021, imbuhnya.
Pengungkapan ini muncul ketika publikasi, pada bulan November 2021 telah melaporkan penyebaran penyakit mirip demam berdarah dengan gejala termasuk demam dan penurunan jumlah trombosit dan sel darah putih.
Akan tetapi, pasien yang terjangkit saat itu hasil tesnya negatif terhadap virus dengue.
Selama penyelidikannya, UWARN — sebuah studi multi-pusat yang melibatkan Pakistan, Senegal, Afrika Selatan, Brasil, dan Taiwan — memulai penyelidikannya dan mendeteksi dua infeksi tunggal dan dua infeksi campuran Zika dan Dengue yang dikonfirmasi oleh serologi dan PCR pada tahun 2021 dan 2022.
Perlu dicatat bahwa virus Zika, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes.
Meskipun sebagian besar orang tidak menunjukkan gejala apa pun saat terinfeksi, beberapa orang mengalami ruam, demam, konjungtivitis, nyeri otot dan sendi, malaise, dan sakit kepala yang dapat berlangsung selama dua hingga tujuh hari.
Menjelaskan lebih lanjut mengenai kerja forum tersebut, Dr. Iqbal mengatakan bahwa penelitian tersebut bertujuan untuk mengkarakterisasi virus baru yang muncul dan melakukan pengawasan aktif terhadap arbovirus di pusat-pusat UWARN.
Ia juga menyoroti bahwa AKU telah berkolaborasi dengan UWARN untuk surveilans aktif terhadap arbovirus, termasuk demam berdarah, chikungunya, dan virus hemoragik lainnya.
Mengonfirmasi temuan virus Zika, Kepala Penyakit Menular AKU Dr Faisal Mehmood mengaku mengetahui keberadaan dan deteksi penyakit tersebut di negara tersebut yang kini dipastikan beredar di lingkungan Karachi.
Sementara itu, pejabat Departemen Kesehatan Sindh juga telah mengonfirmasi bahwa ratusan kasus demam berdarah, chikungunya, dan penyakit menular vektor lainnya dilaporkan di kota metropolitan tersebut setiap minggunya.
Kota ini, menurut seorang pejabat, telah mencatat sedikitnya 10 kematian akibat demam berdarah sejak Januari 2024.
Sementara jumlah kasus demam berdarah yang terkonfirmasi mencapai ratusan, dengan ratusan lainnya dirawat di rumah sakit karena chikungunya di berbagai fasilitas kesehatan umum dan swasta, tambahnya.
Namun, dia bersikukuh bahwa dia tidak mengetahui keberadaan virus Zika di Karachi, karena mereka belum diberitahu secara resmi mengenai keberadaan virus tersebut di Pakistan. Namun, kasus penyakit akibat virus yang hasil tesnya negatif demam berdarah juga telah dilaporkan di berbagai fasilitas kesehatan.
Pernyataan pejabat departemen kesehatan tersebut muncul ketika kota tersebut, menurut para ahli, saat ini sedang dilanda penyakit seperti demam berdarah dan chikungunya.
Lebih jauh lagi, pejabat Institut Kesehatan Nasional (NIH) di Islamabad juga membantah mengetahui keberadaan virus Zika dengan menekankan bahwa belum ada laboratorium atau institusi kesehatan yang secara resmi melaporkan keberadaannya kepada NIH sejauh ini.