TEMPO.CO, Jakarta – Jelang mudik Lebaran 2024, masyarakat dikejutkan dengan terungkapnya keadaan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum alias SPBU. Tim Kementerian Perdagangan ketika memeriksa pompa bensin bernomor 34.41345 di Rest Area KM 42 Jalan Tol Jakarta-Cikampek, menemukan mengalihkan di tiga dari delapan dispenser di pompa bensin tersebut.
Alat tersebut untuk mengatur agar dispenser mengucurkan BBM kurang dari takaran yang seharusnya, sehingga merugikan konsumen.
Sebelumnya, warga Kota Bekasi dihebohkan dengan adanya Pertalit dicampur air saat membeli BBM di SPBU 34.17.106 Jalan Juanda No. 100, Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Sejumlah warga yang membeli Pertalite pada Senin, 25 Maret 2024, bingung ketika kendaraan mereka tiba-tiba hancur.
Seorang pengemudi mobil Honda Jazz, Edi, 57 tahun mengatakan dia mengisi BBM jenis Pertalite sebanyak 10 liter di SPBU tersebut. Saat baru melaju sekira 1 kilometer, kendaraannya tiba-tiba mengalami mati mesin. Ketika diperiksa di bengkel, mengetahui bahwa BBM yang digunakan bercampur udara.
Kementerian Perdagangan dan Kepolisian bertindak sigap dengan langsung menyegel SPBU tersebut.
“Kita akan melakukan pengecekan di seluruh provinsi, jangan sampai merugikan para pemudik. Pelaku-pelaku SPBU yang curang saya minta segera dihentikan karena sangat merugikan,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Kabupaten Bandung, Selasa, 26 Maret 2024.
Sejumlah pemerintah daerah juga aktif melakukan pengecekan ke SPBU untuk mencegah terjadinya kondisi, apalagi sebentar lagi jutaan warga akan mudik Lebaran 2024.
Zulhas menegaskan bahwa kondisi pada meteran BBM di SPBU dapat menyebabkan pemudik membayar lebih dari yang seharusnya mereka bayar untuk pengisian bahan bakar kendaraan mereka.
Hal ini tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga dapat memperlambat perjalanan mereka dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan atau kejadian di jalan.
“Bayangkan kalau saya isi bensin 20 liter Jakarta-Bandung ituungan saya sampai. Tiba-tiba karena curang isinya hanya 10 liter atau separo jalan habis kan nyusahkan orang,” kata dia.
Pencampur Pertalite dengan Air Terungkap
Pelanggan SPBU di Bekasi menayangkan BBM Pertalite bercampur air, Senin, 25 Maret 2024. Tempo/Adi Warsono
Polres Metro Bekasi Kota menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam kasus bahan bakar minyak (BBM) Pertalite bercampur udara di SPBU 34.17106, Jalan Insinyur H. Juanda, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Hasil pencarian, terungkap BBM sengaja dicampur air.
Iklan
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Bekasi Kota, Ajun Komisaris Besar Muhammad Firdaus, mengatakan mulanya polisi menangkap lima orang. Hasil penyelidikan membuktikan tiga orang terlibat dalam tindak pidana tersebut. “Doa (orang) dari SPBU masih sebatas Saksi,” kata Firdaus, Rabu, 27 Maret 2024.
Tiga orang yang ditetapkan sebagai tersangka yakni sopir truk tangki Pertamina, Nana Nasrudin, 31 tahun, dan kernetnya Muhamad Apip, 26 tahun, dan seorang petugas keamanan di SPBU 34.41341 Karawang, Engkos Kosasih, 56 tahun. Sopir dan kernet itu bekerja untuk perusahaan vendor Pertamina dalam mendistribusikan BBM.
Firdaus menyebut, pengungkapan kasus ini bermula dari hasil penemuan empat dispenser BBM jenis Pertalite yang bercampur udara di SPBU 34.17106, Bekasi. Pihaknya kemudian melakukan pendalaman, dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan kebocoran pada tangki BBM di SPBU tersebut. “Hasil investigasi mengarah ke awak mobil tangki,” kata Firdaus.
Sementara kasus peralihan di SPBU Rest Area masih dalam penyelidikan.
Menurut seorang mantan pengelola SPBU, modus memasang alat untuk mengurangi volume BBM yang keluar dari dispenser sudah biasa dilakukan. Ribut, 30 tahun, yang pernah mengelola SPB di Kabupaten Semarang mengatakan, istilah “tuyul” diberikan ke pom bensin yang curang dalam beroperasi.
“Sebetulnya itu alat tambahan. Kalau dulu pada nyebutnya tuyul, karena kan mengurangi BBM,” kata Ribut dihubungi Tempo pada Senin malam, 26 Maret 2024.
Alat itu dipasang di dispenser, bisa atas permintaan bos atau juga oleh prgawai SPBU sendiri. Semakin maju, teknologi switch ini dapat dikendalikan dengan jarak jauh dari jarak jauh.
Biasanya, kata Ribut, alat ini dioperasikan saat ramai pembeli. Mencurinya pun tidak berani dalam jumlah banyak.
“Biasanya ketahuan karena ada pembelian misal truk kontainer beli penuh ada selisih liternya yang cukup signifikan,” tuturnya. “Jadi mainnya tipis. Enggak berani misal beli 1 liter dapatnya setengah liter gitu.”
Adanya praktik lancung ini menjadi PR bagi Pertamina, yang dulu menertibkan SPBU nakal dan memberikan predikat Pasti Pas untuk pompa bensin yang tertib. Namun tampaknya hal itu sekrang tidak cukup.
ADI WARSNO | DESTY LUTHFIANI
Pilihan Editor Ada Dugaan Bansos untuk Menangkan Prabowo-Gibran, Ini Penjelasan Sri Mulyani Soal Anggaran Perlinsos Rp496 T