Sebagai bagian identitas manusia yang kompleks dan beragam, seksualitas dipengaruhi oleh banyak hal berbeda. Interaksi berbagai elemen, mulai dari biologis, budaya, psikologis, dan seterusnya, dapat memengaruhi ekspresi dan perilaku seksual seseorang. Kita akan mengkaji berbagai aspek seksualitas dalam artikel ini, mulai dari pengaruh biologis terhadap keinginan kita hingga konvensi masyarakat yang mungkin mengubah pandangan kita terhadap seks.
Dalam perbincangan eksklusif dengan Zee News English, Shailja Mittal, Pendiri & CEO Qurex berbicara tentang hubungan antara pikiran dan tubuh serta bagaimana faktor psikologis membentuk kesehatan seksual.
Shailja berkata, “Pikiran dan emosi kita memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman fisik kita. Kesehatan seksual, meskipun sering dilihat hanya melalui kacamata biologis, sangat terkait dengan lanskap psikologis kita.”
Dampak Trauma atau Pelecehan Terhadap Kesehatan Seksual Seseorang
Preferensi seksual kita mungkin sangat dipengaruhi oleh psikologi kita. Misalnya saja, trauma atau pelecehan mungkin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap seksualitas seseorang, menyebabkan ketidakpastian, rasa malu, atau bahkan keengganan terhadap perilaku seksual tertentu. Ekspresi seksual seseorang juga dapat dipengaruhi oleh kualitas psikologis seperti keterbukaan atau neurotisisme.
“Cara kita memandang diri sendiri sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu, keyakinan budaya dan masyarakat, serta trauma. Faktor-faktor ini juga memengaruhi identitas dan perilaku seksual kita,” jelas Shailja lebih lanjut.
Harapan masyarakat, keluarga, dan individu terkadang memaksa kita untuk menyembunyikan jati diri kita, sehingga menimbulkan perasaan bersalah, tidak mampu, atau kebingungan.
Munculnya disfungsi seksual adalah salah satu dampak paling umum dari trauma atau pelecehan terhadap kesehatan seksual. Ini mungkin melibatkan masalah gairah, orgasme, atau rasa sakit selama aktivitas seksual. Masalah-masalah ini bisa sangat menjengkelkan bagi orang-orang dan mungkin memerlukan perhatian khusus dari ahli medis.
Menurut Shailja, CEO Qurex, “Data menunjukkan, lebih dari 200 juta orang India menderita disfungsi seksual. Ini seperti epidemi yang dipicu oleh emosi kita yang belum terselesaikan dan terkadang, aspek biologis yang tidak diobati.”
Ms Shailja menyarankan, “Solusinya sederhana – kita membantu satu sama lain untuk membangun lingkungan pengasuhan dan terapeutik yang dapat memberdayakan individu untuk menerima seksualitas mereka dengan sukacita dan tanpa rasa bersalah. Daripada mengubur hasrat kita di bawah beban pengecualian, kita perlu mendefinisikan ulang narasi seksual kita, membuka jalan bagi masyarakat yang percaya diri dan produktif.”
Yang juga penting adalah memahami dan menerima bahwa kesehatan seksual adalah kombinasi aspek fisik, emosional, dan relasional.
Oleh karena itu, pakar tersebut menyimpulkan, “Mencari bantuan pada waktu yang tepat dan dari sumber yang tepat menjadi suatu keharusan ketika masalah muncul dan mulai mengancam kesejahteraan kita.”