TEMPO.COBahasa Indonesia: Jakarta – Laba neto PT AKR Corporindo Tbk. yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang semester pertama tahun 2024 (belum diaudit) tembus Rp 1 triliun, atau tepatnya sebesar Rp 1.003 miliar. Angka ini hampir sama dengan laba neto semester pertama 2023.
Selain itu, ada pula pendapatan dari segmen kawasan industri yang bertumbuh 9,7 persen per tahun menjadi Rp 673 miliar. Pendapatan ini didorong oleh penjualan lahan sebesar 18 hektare dan pertumbuhan pendapatan pendapatan berulang Utilitas sebesar 91,8 persen tahun ke tahun menjadi Rp 75 miliar.
Sekretaris Perusahaan AKRA, Suresh Vembu, menyebutkan, kontribusi segmen kawasan industri terhadap laba bruto konsolidasi AKRA menjadi 22 persen. Laba bruto penjualan lahan Industri, pendapatan sewa dan utilitas semester pertama 2024 tercatat sebesar Rp 353 miliar.
“Atau bertumbuh sebesar 8,9 persen tahun ke tahun,” kata Vembu, melalui keterangan tertulis, Kamis, 25 Juli 2024.
Vembu mengatakan, untuk EBITDA (nilai pendapatan sebelum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) semester pertama 2024 mencapai Rp 1.424 miliar dengan ROA (tingkat pengembalian aset) sebesar 7 persen TTM (trailing 12 bulan) dengan ROE (rentabilitas modal sendiri) mencapai 18 persen TTM.
Untuk posisi neraca dianggap tetap kuat dengan total aset sebesar Rp 28.498 miliar per 30 Juni 2024 yang merupakan lahan siap jual, dengan kas sebesar Rp 4.823 miliar dengan net gearing tetap dalam posisi yang rendah yaitu 0,00x.
“Manajemen telah menyetujui pembagian Dividen Interim sebesar Rp 50/saham atau Rp 987 miliar yang akan didistribusikan pada 15 Agustus 2024,” ujarnya.
Lebih jauh, Vembu menuturkan, untuk kinerja per segmen, pendapatan perseroan semester pertama 2024 mencapai Rp 18.651 miliar berasal dari pendapatan segmen perdagangan dan distribusi sebesar Rp 17.167 miliar. Angka tersebut turun 7 persen tahun ke tahun.
Penurunan pendapatan perusahaan berkode saham AKRA ini didorong oleh beberapa faktor perlambatan perekonomian, seperti normalisasi harga jual rata-rata dan kondisi cuaca yang mempengaruhi operasional konsumen.
Normalisasi harga juga terjadi pada segmen bahan kimia secara umum. Perseroan berekspektasi kondisi ini akan membaik pada semester kedua 2024. Perseroan menerapkan model bisnis formula-based price dengan MOPS (Mid Oil Platt’s Singapore) sebagai acuan di mana perseroan melakukan passthrough harga produk ke konsumen sehingga dapat mengelola risiko harga dan biaya.
Segmen kawasan industri, kata dia, menghasilkan pendapatan dari penjualan lahan Rp 509 miliar atau naik 5,6 persen tahun ke tahun. Pendapatan dari utilitas ikut meningkat menjadi Rp 75 miliar atau sebesar 92 persen tahun ke tahun.
Iklan
“Secara total, pendapatan dari segmen kawasan industri meningkat 10 persen mencapai Rp 673 miliar. Sedangkan pendapatan dari Kawasan Pelabuhan JIIPE (Java Integrated Industrial Port and Estate) tercatat sebesar Rp 174 miliar dan menghasilkan kontribusi bagi laba AKRA sebesar Rp 31 miliar,” ujarnya.
Laba bruto konsolidasian semester pertama 2024 tercatat sebesar Rp 1.584 miliar dengan kontribusi dari segmen kawasan industri sebesar 22 persen dengan marjin laba bruto kawasan industri sebesar 52 persen, sehingga menghasilkan marjin laba bruto konsolidasian sebesar 8 persen.
Sedangkan laba usaha tercatat sebesar Rp 1.149 miliar dengan marjin sebesar 6,2 persen dan menghasilkan laba neto Rp 1.003 miliar dengan marjin laba neto 5,4 persen.
“Perseroan terus menjaga biaya pengelolaan dan aliran kas, pada semester pertama 2024 berhasil mencatat pendapatan keuangan Rp 147 miliar,” kata Vembu.
Sementara itu, Presiden Direktur AKRA, Haryanto Adikoesoemo, menyebutkan, dari negosiasi pada semester pertama 2024 ini, perseroan berharap pemesanan dan penjualan lahan akan semakin membaik di semester kedua tahun 2024 ini.
Menurut dia, JIIPE semakin menarik investor dalam dan luar negeri, terutama dengan dianugerahkannya KEK JIIPE Gresik sebagai KEK Industri Terbaik oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pada aspek standar perusahaan ESG (lingkungan, sosial, tata kelola perusahaan) kata dia, sejak Juni 2024 perseroan juga telah diakui oleh MSCI (Morgan Stanley Capital International) yang memberikan rating MSCI ESG kepada perseroan dengan peringkat “A”. Peringkat itu dinilai cukup tinggi sebagai perusahaan yang bergerak di industri transportasi dan penyimpanan energi.
Manajemen, kata dia, juga telah menyetujui untuk membagikan dividen interim sebesar Rp 50/lembar saham atau setara Rp 987 miliar dan akan didistribusikan pada 15 Agustus 2024 dengan tanggal pencatatan di 6 Agustus 2024. “Pembagian dividen interim ini kami lakukan untuk memberikan penghargaan bagi pemegang saham saham perseroan,” katanya.
Pilihan Editor: Ada Investor Cina di Balik Roti Aoka dan Okko yang Diduga Mengandung Bahan Pengawet Berbahaya