Moskow (ANTARA) – Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Israel menghentikan operasi militernya di Jalur Gaza dan Lebanon dan menggantinya dengan dialog politik.
“Prancis meminta Israel untuk menghentikan operasi militernya di Lebanon, agar tidak melakukan operasi darat dan menghormati hak milik negara itu, sesuai komitmen dengan PBB, terutama mengenai penjagaan perdamaian UNIFIL,” kata Macron dalam konferensi pers setelah KTT Uni Eropa di Brussels.
Konferensi pers itu disiarkan di akun X resmi Istana Elysee.
“Gugurnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar seharusnya dapat menjadi alasan untuk mengakhiri perang. Kita harus menghentikan operasi militer, menerapkan gencatan senjata di Gaza dan membuka perspektif politik yang andal bagi rakyat Israel dan Palestina,” kata Macron.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi pada Kamis bahwa Sinwar gugur dalam operasi di Jalur Gaza selatan, meski pihak Hamas masih belum memberikan pernyataan terkait kematian pemimpin mereka.
Baca juga: Biden mengatakan telah memberi tahu Israel tentang dugaan gugurnya Yahya Sinwar
Pada 7 Oktober 2023, Israel mengalami serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Jalur Gaza. Selain itu, pejuang gerakan Hamas Palestina menyusup ke daerah perbatasan, melepaskan tembakan dari militer dan warga sipil dan merebut sandera.
Pihak yang berwenang di Israel mengatakan bahwa sekitar 1.200 orang ditembakkan selama serangan itu. Sebagai balasannya, IDF meluncurkan Operasi Iron Swords di Jalur Gaza dan mengumumkan blokade penuh di wilayah kantong itu.
Korban tewas dari serangan Israel telah mencapai lebih dari 42.400, menurut otoritas kesehatan setempat.
Sumber: Sputnik
Baca juga: UNRWA bantah klaim Israel soal dugaan gugurnya staf dengan pemimpin Hamas
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak Cipta © ANTARA 2024