KEMENTERIAN Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menjaring aspirasi tentang bidang keusastraan untuk memajukan bahasa, sastradan literasi melalui pendidikan di Indonesia. Aspirasi-aspirasi itu disampaikan para tokoh bahasa, sastra, dan literasi Indonesia pada acara ‘Pak Menteri Ngarung Bersama Tokoh Bahasa, Sastra, dan Literasi’ yang diadakan di Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Badan Bahasa).
“Saya merasa senang berada di acara ini karena dua hal. Pertama, karena dapat melompat dengan para penyair yang karyanya saya baca dan berpengaruh pada kehidupan saya. Dan kedua, saya senang melompat dengan para penyair yang karyanya mampu menumbuhkan imajinasi dan mimpi masa depan,” ungkap Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, di Jakarta, Jumat (8/11).
Menteri Mu’ti menyebut bahwa bangsa bisa maju bukan hanya dengan sisi ekonomi saja, melainkan juga dengan pikiran besar dari para penyair yang luar biasa memantik generasi muda untuk bermimpi ke masa depan. Selanjutnya, ia menginginkan agar buku-buku sastra di dekatnya dapat diterbitkan dan didistribusikan ke sekolah agar dapat dibaca oleh peserta didik.
“Kita ingin mendekatkan buku dengan masyarakat. Untuk itu, kami ingin meletakkan buku-buku di beberapa fasilitas publik, seperti bandara dan terminal, sehingga masyarakat bisa merasakan dan berdaulat dengan karya sastra berbahasa Indonesia,” ujarnya
Mengakhiri Perayaannya, Menteri Mu’ti berharap rasa cinta pada sastra kembali tumbuh pada generasi muda sehingga literasi melalui karya-karya sastra dapat membangun peradaban bangsa yang unggul di depannya. “Kami ingin mendengar aspirasi untuk menghidupkan kembali semangat membaca dan budaya menulis khususnya karya sastra. Saya yakin bahwa generasi muda membangun negeri ini salah satunya dengan lahirnya karya sastra yang hebat,” pungkas Menteri Mu’ti.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Azis, mengatakan bahwa Ngariung Menteri bersama tokoh bahasa, sastra, dan literasi ini merupakan kali pertama yang dilakukan sepanjang sejarah kesusastraan. Menurutnya, acara ini menjadi ajang dialog yang menunjukkan kepedulian bersama tentang eksistensi sastra di Indonesia
“Mereka adalah para pelaku nyata dari bidang bahasa, sastra, dan literasi. Malam ini menjadi Saksi Menteri Abdul Mu’ti menyimak aspirasi dari para tokoh kesusastraan,” ungkap Aminudin.
Aminudin menambahkan, aspirasi yang diberikan dalam acara ini akan dijadikan pertimbangan terhadap kebijakan pembelajaran bahasa dan aktivitas literasi. “Acara ini juga menjadi implementasi dalam penyusunan Kedaulatan Bahasa Indonesia, yaitu Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia,” pungkas Aminudin.
Sementara itu, aspirasi bidang kesusastraan juga disampaikan oleh seorang penulis muda bernama Feby Indirani. Dalam kesempatan tersebut ia menutup akses buku yang berdampak pada persentase minat baca peserta didik.
“Saya bersama para penulis lainnya mengungkapkan bahwa sumber utama kekurangan minat baca adalah dari akses terhadap buku tersebut, di mana harga-harga buku sastra cukup mahal dibeli. Dan juga pemerintah harus memperhatikan tata niaga kertas. Banyak daerah yang sudah memiliki percetakan dan penerbit, tetapi mereka harus membawa bahan pokok yang masih harus didapat di Pulau Jawa ataupun Jakarta,” papar Feby.
Aspirasi lainnya juga disampaikan oleh Pipit Senja. Dalam pemaparannya ia menuturkann bahwa salah satu negara Asia Tenggara yang dikunjunginya telah dianugerahi penghargaan terhadap tokoh bahasa, sastrawan, dan literasi.
“Dengan cerita Menteri Mu’ti yang dapat memimpikan masa depan dari karya sastra, saya rasa pemerintah perlu mempertimbangkan untuk diberikan penghargaan kepada para tokoh kesusastraan. Bisa dalam bentuk yang dibuatkan museum, publikasi majalah sastra pemerinah, maupun bantuan lainnya yang berdampak positif kepada tokoh-tokoh tersebut,” tutur Pipit.
Senada dengan Feby dan Pipit, aspirasi lainnya juga disampaikan oleh Ahmadun Yosi Herfanda. Dalam kesempatan itu ia menyoroti sulitnya para sastrawan dalam memublikasikan karya-karyanya. Ia menyebut, dampak persaingan pasar yang ketat membuat beberapa majalah sastra menjadi terpuruk dan bahkan sampai tutup.
“Peluang publikasi saat ini sangat sulit karena media tempat kami memublikasikan karya telah hilang. Bagaimana peran pemerintah untuk sebaiknya memuat media untuk publikasi sastra atau bahkan membuat media sastra yang dibina oleh pemerintah untuk para sastrawan memubliasikan karyanya,” imbuh Ahmadun.
Acara ini dibawakan oleh Kapoksi Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah dan Hj. Ledia Hanifa, yang ikut membaca puisi. Selain itu hadir pula Wamendikdasmen, Fajar Riza UI Haq, Sekretaris Jenderal, Suharti; Staf Ahli Bidang Hubungan dan Kelembagaan Masyarakat, Adlin Sila; pejabat eselon 2 Kemendikdasmen; dan sekitar 200 tokoh bahasa, sastra, dan sastra.
Dalam acara tersebut, Menteri Mu’ti melakukan juga membaca puisi karya Taufiq Ismail yang sekaligus menutup seluruh rangkaian acara Ngariung. (S-1)