Kesejahteraan mental di tempat kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari sifat beban kerja hingga lingkungan psikologis yang dihadapi karyawan setiap hari. Sementara beberapa tingkat beban kerja yang tinggi dapat dikelola—dan bahkan memotivasi—yang lain dapat sangat berbahaya jika disertai dengan dukungan yang buruk, tuntutan yang tidak realistis, dan budaya kerja yang tidak sehat. Pendekatan holistik terhadap kesejahteraan mental karyawan harus mengenali perbedaan ini dan memberikan dukungan yang dibutuhkan karyawan untuk berkembang.
Spektrum Beban Kerja dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan
Tidak semua beban kerja yang tinggi pada dasarnya merusak. Banyak industri mengalami skenario di mana karyawan menghadapi beban kerja yang tinggi secara berkala dalam waktu singkat, biasanya didorong oleh tujuan tertentu. Periode kerja yang intens ini sering kali diikuti oleh rasa pencapaian, yang mengarah pada peningkatan moral dan kekompakan tim. Skenario lainnya melibatkan beban kerja sedang dengan dukungan tinggi dari pimpinan, yang dapat berkelanjutan dan bermanfaat.
Namun, keadaan berubah drastis saat beban kerja menjadi kronis dan tidak berkelanjutan. Saat karyawan menghadapi tekanan yang tak henti-hentinya, dukungan yang buruk, pelecehan dari rekan kerja atau atasan, dan konsekuensi negatif yang tidak realistis, mereka terpapar pada lingkungan kerja yang beracun. Hal ini menyebabkan kelelahan, rasa putus asa, dan potensi masalah kesehatan yang serius, baik mental maupun fisik. Membedakan antara beban kerja tinggi yang dapat dikelola dan lingkungan yang beracun sangat penting untuk menciptakan program kesejahteraan mental yang efektif.
Langkah-Langkah Utama untuk Menerapkan Program Kesejahteraan Mental Karyawan
Untuk melindungi karyawan dari efek buruk stres kronis dan mendukung mereka melalui berbagai tuntutan beban kerja, organisasi perlu berfokus pada langkah-langkah penting ini seperti yang dibagikan oleh Debasmita Sinha, Kepala Psikolog dan Direktur Klinis Excellence.
1. Sadarkan Pemimpin Tim dan Manajer
Para manajer dan pemimpin tim harus memahami dampak mendalam dari perilaku dan ekspektasi mereka terhadap karyawan. Melatih mereka untuk membedakan antara tekanan yang sehat dan berorientasi pada tujuan dengan beban kerja kronis yang berbahaya sangatlah penting. Melalui program sosialisasi, mereka dapat diajarkan untuk menyeimbangkan ekspektasi dan menawarkan dukungan selama periode stres tinggi, memastikan karyawan merasa dihargai dan bukannya kewalahan.
2. Ciptakan Ruang bagi Karyawan Muda untuk Menyuarakan Kebutuhan Mereka
Karyawan yang lebih muda atau kurang berpengalaman sering kali mengalami kesulitan terbesar dalam lingkungan yang penuh tekanan. Organisasi harus menyediakan platform bagi mereka untuk menyampaikan kekhawatiran, terutama selama periode beban kerja yang berat. Mendengarkan dan menindaklanjuti kekhawatiran ini menumbuhkan rasa percaya dan membantu mencegah kelelahan dini pada karyawan yang lebih muda, yang mungkin belum memiliki ketahanan untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan.
3. Sediakan Layanan Hangat dan Hangat untuk Dukungan Kesehatan Mental
Layanan dukungan seperti hotline dan hotline sangat penting dalam membantu karyawan mengelola kesehatan mental mereka, terutama selama periode beban kerja tinggi. Sumber daya ini harus mudah diakses, dipublikasikan dengan baik, dan dinormalisasi dalam organisasi untuk mendorong karyawan mencari bantuan saat mereka membutuhkannya, daripada menunggu hingga mereka dalam krisis.
4. Mendidik Karyawan tentang Keselamatan Pribadi dan Kapasitas Mental
Mengajarkan karyawan cara mengenali batasan mereka sangatlah penting, terutama dalam industri dengan beban kerja yang berfluktuasi. Karyawan perlu diperlengkapi untuk mengidentifikasi kapan stres akibat beban kerja menjadi racun dan kapan mereka harus mencari bantuan. Pelatihan tentang batasan mental dan emosional membantu karyawan bertindak lebih awal untuk mencegah stres meningkat menjadi kelelahan.
5. Menanamkan Mekanisme De-stressing dalam Alur Kerja Harian
Selama periode beban kerja tinggi, memasukkan aktivitas yang dapat menghilangkan stres ke dalam alur kerja harian dapat mencegah kelelahan. Baik melalui jam kerja yang fleksibel, sesi mindfulness, atau istirahat pendek, menciptakan ruang untuk mengisi ulang energi mental selama proyek yang padat membantu menjaga kesehatan dan produktivitas karyawan.
6. Membangun Kapasitas untuk Mengidentifikasi Tanda-tanda Dini Kesusahan
Di lingkungan kerja yang beracun, di mana beban kerja yang tinggi dan dukungan yang buruk terjadi secara bersamaan, karyawan berisiko tinggi mengalami kelelahan. Organisasi harus melatih para manajer dan karyawan untuk mengenali tanda-tanda awal tekanan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Memberikan dukungan tepat waktu saat seseorang sedang berjuang dapat mencegah situasi memburuk, membantu menjaga kesehatan mental di seluruh tenaga kerja.
7. Dengarkan Karyawan melalui Mekanisme Umpan Balik yang Berkala
Mekanisme umpan balik rutin seperti survei, rapat umum, dan check-in satu lawan satu sangat berharga dalam industri dengan beban kerja yang berfluktuasi. Karyawan harus dapat menyuarakan kekhawatiran mereka, khususnya tentang ekspektasi beban kerja dan tingkat dukungan. Manajemen harus menindaklanjuti umpan balik ini untuk mengatasi elemen-elemen yang tidak menyenangkan di tempat kerja, memastikan karyawan merasa didengarkan dan dihargai.
Program yang dirancang dengan baik memastikan karyawan memiliki alat, dukungan, dan sumber daya yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mental mereka, berapa pun beban kerjanya.