Tuesday, September 17, 2024
HomeInternationalMenlu China Wang Yi: Hubungan dengan Filipina di persimpangan jalan

Menlu China Wang Yi: Hubungan dengan Filipina di persimpangan jalan



Beijing (ANTARA) – Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyebut hubungan negaranya dengan Filipina berada di persimpangan jalan terkait dengan masalah Laut China Selatan.

“Menlu Wang Yi menekankan bahwa hubungan Tiongkok-Filipina saat ini berada di persimpangan jalan dan menghadapi pilihan ke mana harus melangkah. Tidak ada jalan keluar dari konflik dan konfrontasi selain dialog dan negosiasi,” demikian pernyataan dalam tertulis Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang diterima di Beijing pada hari Sabtu.

Pernyataan Menlu Wang Yi tersebut disampaikan saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo pada sela-sela pertemuan para menteri luar negeri negara-negara anggota ASEAN dan para mitranya pada Jumat (26/7) di Vientiane, Laos.

“Saat ini, hubungan Tiongkok-Filipina sedang menghadapi kesulitan dan tantangan yang serius. Akar permasalahannya adalah Filipina telah berulang kali melanggar konteks antara kedua negara dan komitmennya sendiri, terus-menerus melakukan pelanggaran di wilayah perairan dan memperkuat opini publik atas hal tersebut,” ungkapnya. Wang Yi dalam pernyataan tersebut.

Tiongkok, menurut Wang Yi, sangat prihatin dengan hal tersebut dan dengan tegas menentangnya.

“Apalagi jika Filipina mengarahkan sistem rudal jarak menengah Amerika Serikat, hal itu akan menciptakan ketegangan dan konfrontasi regional serta memicu perlombaan senjata, yang sama sekali tidak sejalan dengan kepentingan dan aspirasi rakyat Filipina,” tambah Wang Yi.

Sebelumnya seorang pejabat militer Filipina menyebutkan Amerika Serikat mengerahkan sistem rudal Typhon ke Filipina sebagai bagian dari latihan militer gabungan dengan Filipina awal tahun ini meskipun sistem itu tidak ditembakkan selama latihan.

“China dan Filipina merupakan tetangga dekat yang saling berhadapan di seberang lautan. Hubungan bertetangga yang baik, kerja sama yang saling menguntungkan dan pembangunan bersama merupakan kepentingan mendasar kedua negara,” ungkap Wang Yi.

Pengalaman dan pembelajaran positif maupun negatif dari hubungan Tiongkok-Filipina dalam beberapa tahun terakhir telah berulang kali membuktikan bahwa membangun hubungan baik tidak mudah, tapi mudah pula untuk menghancurkannya.

“China baru-baru ini mencapai kesepakatan sementara dengan Filipina soal pasokan kemanusiaan ke wilayah pulau karang Ren’ai Jiao. Kuncinya adalah Filipina harus memenuhi komitmennya dan berhenti mengubah aturan dan mengingkari janjinya, serta berhenti berulang kali menciptakan masalah yang tidak ada spesifiknya. Jika tidak , Tiongkok akan merespons dengan tegas,” tambah Wang Yi.

Wang Yi juga berharap Filipina akan secara serius mempertimbangkan arah hubungan Tiongkok-Filipina di masa depan, bekerja sama dengan Tiongkok dan mendorong hubungan bilateral kembali ke jalurnya sesegera mungkin.

Baca juga: China, Rusia kecam intervensi ketegangan di Asia-Pasifik

Sedangkan Menlu Filipina Enrique Manalo mengatakan bahwa Filipina dan Tiongkok memiliki sejarah persahabatan tradisional yang panjang dan kedua belah pihak telah menjalin hubungan kerja yang sama strategi yang komprehensif berdasarkan posisi yang setara dan saling menguntungkan.

“Meski kedua negara menghadapi kesulitan dan tantangan akibat masalah maritim, Filipina berkomitmen untuk meredakan situasi melalui dialog dan konsultasi serta menangani perbedaan secara konstruktif,” kata Manalo.

Kedua negara, menurut Manalo, baru-baru ini mengadakan pertemuan konsultasi bilateral mengenai masalah Laut Cina Selatan dan mencapai kesepakatan mengenai pengendalian situasi maritim yang mencerminkan niat baik keduanya tanpa mempengaruhi posisi masing-masing.

“Tahun depan menandai peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Filipina dan Tiongkok. Filipina siap memperkuat komunikasi dengan Tiongkok dengan sikap yang tulus dan pragmatis, meningkatkan rasa saling percaya, dan meningkatkan hubungan bilateral,” ungkap Manalo.

Dalam laman Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu disebutkan kapal Filipina sudah melakukan pengiriman pasokan logistik ke perang BRP Sierra Madre yang sengaja dikaramkan sebagai “markas terapung” bagi penjaga pantai Filipina di kawasan terumbu karang Ren’ai Jiao atau disebut Filipina sebagai “Beting Ayungin”.

“Berdasarkan perjanjian sementara yang dicapai Tiongkok dengan Filipina dalam mengendalikan situasi di kawasan terumbu karang Ren’ai, pagi ini, di bawah pengawasan penuh Penjaga Pantai Tiongkok, Filipina melakukan pengiriman pasokan kebutuhan sehari-hari. Pengiriman logistik dilakukan setelah memberi tahu Tiongkok terlebih dahulu, ” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

Setelah China mengkonfirmasi di lokasi bahwa kargo tersebut hanya berupa pasokan kemanusiaan, maka penjaga pantai China membolehkan pengiriman logistik tersebut.

Posisi Tiongkok dalam masalah Terumbu Karang Ren’ai Jiao tidak berubah. Tiongkok memiliki kedaulatan atas Kepulauan Nansha, termasuk terumbu karang Ren’ai, dan perairan di sekitarnya. Pada saat yang sama, Tiongkok akan terus menangani masalah teritorial dan mempertahankan hak maritim dengan Filipina melalui dialog dan konsultasi,” kata juru bicara.

Pemerintah Tiongkok mengklaim memiliki hak atas kepulauan yang disebut “Nanhai Zhudao” di Laut China Selatan yaitu terdiri dari Dongsha Qundao, Xisha Qundao, Zhongsha Qundao dan Nansha Qundao atau lebih dikenal sebagai Kepulauan Pratas, Kepulauan Paracel, Kepulauan Spratly dan area Tepi Macclesfield .

Namun, sejak tahun 1999, Filipina menempatkan kapal perang BRP Sierra Madre di kawasan terumbu karang Ren’ai Jiao atau disebut Filipina sebagai “Beting Ayungin” dan mengirimkan logistik untuk mengisi perbekalan maupun orang ke markas terapung tersebut yang sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai Tiongkok.

Laut China Selatan hingga saat ini masih menjadi titik panas permasalahan di kawasan tersebut karena China mengklaim hampir seluruh perairan di Laut China Selatan. Negara-negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina juga mengklaim wilayah tersebut.

Baca juga: China, Inggris mencari kerja sama saat bertemu di Laos

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Redaksi: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2024



Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments