Syahrial, ST
Sastra | 08-11-2024 17:09:23
Namanya Andi, seorang pemuda sederhana dari desa terpencil di pelosok Jawa Timur. Hidup pas-pasan bersama orangtua yang bekerja sebagai buruh tani tidak menyurutkan semangatnya untuk meraih mimpi. Sejak kecil, Andi bercita-cita menjadi seorang dokter agar bisa mengabdi dan membantu warga di desanya yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan.
Dengan segala keterbatasan, Andi tetap gigih belajar. Sepulang sekolah, ia membantu orangtuanya di sawah, lalu menghabiskan malam dengan belajar di bawah temaram lampu minyak. Berkat ketekunannya, Andi selalu menjadi juara kelas dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke SMA favorit di kota.
Namun perjalanannya masih panjang dan berliku. Kehidupan di kota besar menghadapkan Andi pada berbagai godaan. Teman-teman sekolahnya yang berasal dari keluarga kaya kerap mengajaknya membolos untuk bersenang-senang. Tapi Andi tidak goyah. Ia tetap teguh pada prinsipnya bahwa masa depan harus diperjuangkan dengan usaha dan kedisiplinan. “Mimpiku lebih besar dari godaan sesaat,” tegasnya pada teman-teman yang meledeknya sebagai anak kampung.
Kerja keras Andi akhirnya berbuah manis. Ia lulus SMA dengan nilai terbaik dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur beasiswa. Keluarga dan warga desanya sangat bangga, mereka menaruh harapan besar pada Andi. Namun, menempuh pendidikan kedokteran bukanlah hal yang mudah. Andi harus berjibaku dengan tumpukan materi dan praktikum yang menyita waktu. Ia sering merasa lelah dan kecewa, ingin menyerah saja. Namun setiap kali rasa putus asa mendekat, Andi selalu teringat wajah keluarga dan warga desanya yang telah memberikan kepercayaannya.
“Aku tidak boleh mengecewakan mereka. Perjuanganku masih panjang,” ujarnya menyemangati diri sendiri.
Andi pun kian mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, menyempurnakan ikhtiarnya dengan doa dan ibadah. Setiap usai shalat, ia memanjatkan doa agar diberi keteguhan hati dan kekuatan untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan. Enam tahun berlalu, tibalah hari yang dinantikan. Andi diwisuda sebagai dokter muda dengan predikat cum laude. Air mata harunya bercucuran saat orangtua tercinta memeluknya penuh rasa bangga. Kerja keras, kesabaran, dan doanya selama ini telah membuahkan hasil yang sempurna.
Andi pulang ke desa dengan disambut suka cita oleh seluruh warga. Dengan dukungan pemerintah desa, ia membangun klinik sederhana untuk melayani masyarakat. Senyum lega menghiasi wajah-wajah yang selama ini hanya bisa pasrah pada penyakit karena keterbatasan biaya. Perjuangan panjang Andi menemukan makna sejatinya ketika ia bisa berbagi dan mengabdi. Sebuah pembuktian bahwa hidup memanglah suatu anugerah yang harus diperjuangkan dengan sepenuh hati. Dan ketika kita telah berjuang dengan ikhlas disertai doa dan kesabaran, Tuhan pasti akan menghadiahkan kita hasil yang terbaik. Itulah intisari kehidupan yang telah diajarkan Andi melalui perjalanan hidupnya.
Penafian
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan diterbitkan di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.