Jakarta (ANTARA) – Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus Pasaribu menilai bahwa kendaraan berteknologi hibrida masih menjadi pilihan yang relevan oleh konsumen elektrifikasi di Indonesia.
“Pergeseran ICE ke EV akan berlangsung mulus selama tahun 2024. Penjualan terbesar justru terjadi pada kendaraan hibrida. Kendala harga baterai yang memiliki harga masih mahal tetap menjadi tantangannya,” kata Yannes kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Pertumbuhan kendaraan elektrik berbasis hibrida menunjukkan tren yang positif sejak dua tahun terakhir. Pada tahun 2022, kendaraan hybrid terjual 10 ribu unit dalam satu tahun, begitu juga dengan kendaraan elektrik.
Baca juga: Ikhtisar kebijakan pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik 2023
Sepanjang 2023, tren penjualan kendaraan hibrida yang di dalamnya masih menggunakan mesin konvensional melonjak drastis sebanyak 40 ribu unit hingga November 2023. Sedangkan kendaraan elektrik murni, data Gaikindo menunjukkan penjualan kendaraan yang tidak menghasilkan emisi tersebut hanya bisa mencapai 14 ribu unit hingga November 2023.
Oleh karena itu, pemerintah dan juga produsen otomotif Indonesia masih perlu bekerja keras untuk mengedukasi konsumen agar mau beralih ke kendaraan bersih emisi tersebut pada tahun ini. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, yang membuat tren peralihan dari kendaraan konvensional ke elektrik penuh masih cenderung santai atau tidak seperti negara-negara lainnya.
Menurut Yannes, para produsen otomotif baru yang membawa berbagai kendaraan elektrik penuh mereka memerlukan strategi yang menyeluruh. Pertama, produk harus disesuaikan dengan pasar lokal, dengan mempertimbangkan kondisi geografis, infrastruktur, preferensi desain, jangkauan baterai, dan juga yang terpenting adalah harga.
Selain itu, jangkauan baterai yang lebih jauh juga perlu menjadi perhatian khusus bagi para produsen otomotif yang ingin menyediakan varian elektrik penuh untuk konsumen Indonesia.
“Produsen juga harus fokus pada inovasi teknologi seperti baterai berkapasitas tinggi dan fitur konektivitas canggih. Kolaborasi dengan penyedia layanan keuangan untuk menyediakan opsi pembiayaan yang menarik akan meningkatkan aksesibilitas EV,” ucap Yannes.
Baca juga: PLN telah membangun 624 SPKLU mendukung ekosistem kendaraan listrik
Yannes menilai para produsen dan juga pemerintah harus berani berinvestasi pada berbagai fasilitas yang menunjang kenyamanan para pengguna kendaraan elektrik.
“Investasi dalam infrastruktur pengisian, termasuk stasiun pengisian cepat, dapat mengurangi kekhawatiran konsumen. Penetapan harga yang kompetitif, mungkin dengan dukungan subsidi pemerintah, akan menjadikan EV lebih terjangkau,” jelas Yannes.
Penyediaan pasokan listrik milik pemerintah PT PLN (Persero) telah mencatat catatan positif selama tahun 2024. Selama satu tahun lalu, PLN setidaknya telah membangun 54 unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
PLN kini memiliki 624 SPKLU yang tersebar di 411 wilayah di seluruh Indonesia. Saat ini, penyebaran SPKLU milik PLN telah tersebar di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta sebanyak 113 SPKLU yang berada di 43 titik, Jawa Barat sebanyak 150 SPKLU dengan penyebaran di 125 titik, Papua sebanyak empat SPKLU dan juga 25 SPKLU di Nusa Tenggara.
“Akhirnya, mengikuti tren dan dinamika pasar akan membantu produsen tetap relevan dan kompetitif di industri otomotif Indonesia yang sedang menggeliat menuju ekosistem EV tersebut,” kata Yannes.
Baca juga: Kemenko Marves menyebut faktor opsi merek jadi penentu minat pasar molis
Baca juga: Jasa Marga menyediakan 17 SPKLU untuk periode libur natal dan tahun baru
Baca juga: 1.401 pelanggan telah memiliki “homecharging” yang terintegrasi dengan PLN
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Natisha Andarningtyas
Hak Cipta © ANTARA 2024