Negara-negara Eropa memberikan suara mereka untuk mendukung penerapan tarif tinggi terhadap mobil listrik yang diimpor dari Cina.
Disitat dari Diplomatpada Jumat (4/10) Uni Eropa (UE) sudah memberikan suara mereka untuk mendukung kenaikan tarif mobil listrik dari China.
Ada 10 negara yang mewakili 45,99 persen dari populasi UE termasuk Prancis, Italia, dan Polandia yang mendukung keputusan tersebut.
Namun, di sisi lain 12 negara yang mewakili 31,36 persen dari populasi UE abstain. Sedangkan lima negara yang dipimpin Jerman, yang mencakup 22,65 persen menentang keputusan tersebut.
Penerapan setelah masuk tersebut kemungkinan akan berlaku mulai 31 Oktober 2024. Rencananya aturan tersebut akan berlangsung sampai lima tahun ke depan.
Tarif pajak yang awalnya hanya 10 persen diperkirakan naik lebih dari 35,3 persen. Keputusan tersebut untuk mengatasi kekhawatiran negara UE dengan banyaknya pasokan listrik mobil yang masuk ke Eropa.
Pemerintah China saat ini sedang berjuang mengatasi kelebihan pasokan kendaraan listriknya. Bahkan perkiraan surplusnya hingga 3 juta unit mobil listrik tidak dapat diserap pasar domestik China.
Kelebihan produksi ini hampir dua kali lipat konsumsi tahunan di UE. Penetapan tarif ini nantinya bisa membuat kendaraan listrik China lebih mahal di pasar Eropa.
Sementara dikutip dari Reuters, Asisten Direktur Pusat Reformasi Eropa Zach Meyers, mengatakan penetapan tarif tersebut menggambarkan Jerman tidak lagi memimpin kebijakan perdagangan Uni Eropa. Sementara pengaruh Prancis lebih terbatas setelah Presiden Komisi Ursula von der Leyen menyingkirkan komisaris Prancis Thierry Breton dan memberikan peran yang kurang berpengaruh kepada penggantinya.
Saat ini Prancis sedang berusaha lebih dekat dengan Amerika Serikat untuk mengurangi risiko dari Tiongkok. Dari kasus tarif kendaraan listrik menunjukkan bahwa, tanpa arahan tegas Prancis-Jerman, ia hanya dapat melanjutkan sektor per sektor dan mengikuti aturan perdagangan internasional untuk memastikan dukungan Uni Eropa.
Sementara Noah Barkin, Penasihat Senior di Rhodium Group, mengatakan meskipun menang dalam penetapan tarif kendaraan listrik Tiongkok, Komisi Eropa akan sulit menerapkan kebijakan yang koheren dan lebih skeptis terhadap Tiongkok tanpa dukungan Berlin.
"Selama prioritas sempit dan jangka pendek yang diutamakan di Berlin, Komisi akan kesulitan untuk terus maju dengan agenda kebijakan ekonomi luar negerinya yang baru," katanya kepada Reuters.