Ya Moms, dikutip dari ABC News, psikolog sosial sekaligus penulis ‘Anxious Generation’, Jonathan Haidt, mengungkapkan terjadi penurunan tajam kesehatan mental anak-anak yang diberikan telepon pintar sejak kecil. Dalam penelitiannya, sejak tahun 2012 dan 2013, terjadi peningkatan penyakit mental pada anak-anak, termasuk di antaranya kecemasan, depresi, menyakiti diri sendiri, dan bahkan bunuh diri.
Salah satu penyebab utama peningkatan penyakit mental pada anak disebabkan oleh penggunaan ponsel pintar (telepon pintar).
Dalam bukunya tersebut, Haidt menjelaskan, Gen Z atau generasi orang yang lahir pada tahun 1997 dan seterusnya, merupakan generasi muda yang memiliki akses penuh terhadap telepon pintar.
“Saat memberi anak-anak telepon pintar dan pada saat itu juga ia memiliki akun media sosial. Ketika seorang anak memindahkan kehidupan sosialnya ke media sosial, itu bukanlah tindakan manusiawi dan tidak membantu mereka berkembang. Dan pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan mental mereka,” ucap Haidt.
Oleh karena itu, Haidt menyarankan agar anak tidak menggunakan telepon pintar sebelum SMA. Telepon pintar sebaiknya diberikan sebagai alat komunikasi antara orang tua dan anak, sehingga bisa saling mengabarkan. Haidt juga menyarankan agar tidak boleh menggunakan media sosial sebelum usia 16 tahun.
Alasan Lain memilih Tunda Beri Telepon pintar untuk Anak
1. Depresi dan Penggunaan Obat-obat Terlarang
Forbes melansir, penggunaan telepon pintar Kurangnya kuat dengan kesehatan mental pada penelitian yang dilakukan terhadap 40.998 anak SMP-SMA di Korea. Ketika anak menggunakan telepon pintar lebih dari 4 jam sehari, maka gejala depresi meningkat sebesar 22 persen, penggunaan alkohol 66 persen, dan merokok sebesar 90 persen. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terkait penggunaan smartphone pada anak, depresi pada remaja pun meningkat dari 8,1 persen (2009), menjadi 15,8 persen (2019).
Menurut data Global Mind Project, semakin lama orang menunda untuk memberikan telepon pintar kepada anak, maka kesehatan mental mereka akan lebih baik hingga usia dewasa.
Moms, ingatlah bahwa anak-anak masih membutuhkan tidur yang lebih banyak sebagai upaya mengatur emosinya agar lebih baik, memaksimalkan ingatan, hingga kesehatan anak secara umum.
American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan anak-anak berusia 6-12 tahun tidur selama 9-12 jam setiap malam, kemudian remaja berusia 13018 tahun tidur 8-10 jam.
Di sisi lain, aktivitas anak-anak zaman sekarang pun sudah cukup padat, mulai dari les olahraga, akademik, hingga aktivitas lainnya. Di saat waktu tidur berkurang karena banyaknya aktivitas, penggunaan telepon pintar yang berlebihan dapat meningkatkan kualitas tidur. Sebab, cahaya dari telepon pintar akan ‘menipu’ otak untuk berpikir bahwa masih siang hari, sehingga mengganggu ritme sirkadian.
Dampaknya, bisa memperpendek durasi tidur, menyebabkan peningkatan rasa kantuk di sekolah, hingga mengurangi kemampuan belajar dan fokus.
3. Meningkatkan Risiko Rabun Jauh atau Mata Minus
Penggunaan telepon pintar secara terus-menerus dalam jarak dekat dan kecerahan berlebihan sering dikaitkan dengan peningkatan risiko mata minus. Penelitian terhadap 272 remaja di Belanda menunjukkan bahwa penggunaan smartphone selama lebih dari 20 menit tanpa henti dikaitkan dengan peningkatan miopia atau rabun jauh.
Dan bila rabun jauh sudah dialami anak sejak kecil, maka dapat memburuk hingga dewasa bila tidak melakukan penggunaan telepon pintar.
4. Memperburuk Gejala ADHD
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD) dialami sekitar 9 persen anak-anak. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 2.587 remaja tanpa gejala ADHD, dengan aktivitas yang dipantau ketika mereka menggunakan media sosial.
Aktivitas digital yang lebih sering dikaitkan dengan 11 persen lebih tinggi untuk diagnosis ADHD selama dua tahun ke depan. Dan bila sebelumnya anak sudah merasakan gejala ADHD, maka dapat semakin meringankan gejalanya.
Jadi, para ahli menyarankan agar orang tua menunggu hingga setidaknya anak memasuki usia SMA, atau setidaknya usia SMP, untuk diberikan telepon pintar. Bila memang harus memberikan telepon pintar sebagai alat komunikasi, Anda dapat menghubungkan aktivitas digitalnya, serta membatasi aktivitas akses ke media sosialnya.