Mantan pemintal Sri Lanka Muttiah Muralitharan mengkritik Dewan Kriket Pakistan (PCB) karena menetapkan harga tiket selangit, yang mengakibatkan stadion hampir kosong selama pertandingan India dan Pakistan yang sangat dinanti di Piala Asia 2023.
Muralitharan mengungkapkan keprihatinannya mengenai harga tiket yang terlalu tinggi dan menyalahkan PCB atas hal tersebut.
“PCB-lah yang menentukan harga tiket ini karena mereka akan menjadi tuan rumah Piala Asia tahun ini. Sri Lanka saat ini sedang mengalami krisis keuangan. Harga tiketnya sangat mahal dan diturunkan pada saat-saat terakhir (sebelumnya). pertandingan India vs Pakistan di Colombo) tapi tidak bisa seperti itu.Harga tiket mulai dari Sri Lanka Rupee 6000 ke atas.Jika ingin menonton pertandingan dari tribun, harganya 40000 hingga 50000 Sri Lanka Rupee yaitu setara dengan gaji bulanan seseorang. Saya rasa tidak ada orang yang mampu membeli uang sebanyak itu di Sri Lanka,” kata Muralitharan.
Muralitharan menekankan bahwa Sri Lanka biasanya memiliki basis penggemar kriket yang antusias, namun mahalnya harga tiket menghalangi banyak orang untuk hadir.
“Di Sri Lanka, setiap kali ada pertandingan, stadion selalu penuh. Orang-orang ingin datang dan menonton pertandingan ini tetapi mereka tidak mampu membeli tiket mahal. Bahkan pertandingan Sri Lanka vs Bangladesh yang terjadi pada hari Sabtu tidak menarik perhatian banyak orang meski tim tuan rumah sedang beraksi dan tampil baik,” imbuhnya lebih lanjut.
Lebih lanjut pria berusia 51 tahun itu mengatakan, prediksi hujan jelang pertandingan Grup A India dan Pakistan juga mengurungkan niat membeli tiket.
“Pertandingan liga antara India dan Pakistan berakhir seri (tidak ada hasil) karena hujan. Mungkin karena prediksi hujan sehingga orang tidak mau mengambil risiko. Selain itu, ada beberapa kebingungan mengenai pertandingan tersebut. venue (dari Kolombo hingga Hambantota) pertandingan Super 4 dan final. Masyarakat akan khawatir untuk maju dan membeli tiket,” tutupnya.
Piala Asia 2023 awalnya menghadapi tantangan logistik karena keengganan India untuk bermain di Pakistan, sehingga Dewan Kriket Asia (ACC) mengadopsi model hibrida dengan beberapa pertandingan di Pakistan dan lainnya di Sri Lanka. Namun, harga tiket yang mahal di Sri Lanka membuat para penggemar enggan untuk hadir, bahkan untuk pertandingan di India dan Pakistan.