Washington (ANTARA) – Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak mampu dan tidak siap untuk membela negara-negara Eropa karena sebagian besar kemampuan pertahanannya telah hancur di Ukraina, kata analis veteran Departemen Pertahanan dan pensiunan Letkol Angkatan Udara AS Karen Kwiatkowski kepada Sputnik.
“NATO tidak mampu dan tidak siap untuk membela negara-negara Eropa – faktanya sebagian besar kemampuan pertahanan tersebut telah dikirim ke Ukraina dan telah rusak,” kata Kwiatkowski dalam sebuah wawancara.
Anggota NATO di Eropa tidak memiliki alasan untuk mengembangkan kemampuan pertahanan, diplomasi, atau perdagangan mereka sendiri karena peran dominan Amerika Serikat (AS) dalam blok militer, termasuk posisi penting dalam pertahanan nuklir, kata Kwiatkowski.
Rabu lalu, para anggota NATO menyampaikan Deklarasi bersama KTT Washington, yang menguraikan upaya aliansi untuk lebih mengisolasi Rusia, memperkuat keamanan aliansi di sisi timurnya, meningkatkan bantuan keamanan untuk Ukraina, dan mengklaim bahwa Ukraina berada di “jalur yang tidak dapat diubah” untuk bergabung dengan NATO, demikian di antara inisiatif lainnya.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada hari Kamis mengatakan bahwa rencana pembangunan baru NATO mencakup kesiapan untuk memobilisasi sekitar 300.000 tentara di Uni Eropa, sementara Uni Eropa saat ini memiliki 150.000 personel militer operasional.
NATO berdiri pada tahun 1949 dan memiliki 32 anggota di Eropa dan Amerika Utara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, dan Turki.
Sebanyak 12 negara pendiri aliansi tersebut adalah yakni Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Islandia, Italia, Luxembourg, Belanda, Norwegia, Portugal, Britania Raya, dan Amerika Serikat.
Sumber: Sputnik
Baca juga: Kanada menjanjikan perolehan investasi pertahanan NATO pada tahun 2032
Baca juga: Beijing: Deklarasi KTT NATO jadi berita utama di Asia Pasifik
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Redaktur : Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2024