Jakarta, CNBC Indonesia – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mendorong konsolidasi untuk melahirkan 2 hingga 3 bank umum syariah (BUS) berukuran besar secara aset, guna mendorong daya saing industri perbankan syariah yang sehat.
Diketahui, anak usaha BUMN PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI masih menguasai industri perbankan syariah dengan jumlah aset sebesar Rp360,85 triliun, per semester I-2024.
Sebelumnya, unit usaha syariah (UUS) bank BUMN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), yakni BTN Syariah hampir menjadi pesaing langsung BSI. Seperti diketahui, BTN hendak spin off menjadi bank umum syariah (BUS) dan hampir mencaplok PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) sebagai “cangkang” namun memutuskan untuk tidak melanjutkannya.
Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Deden Firman pun mengakui bahwa proses konsolidasi yang digaungkan memang tidak mudah. Deden mengisyaratkan tidak ingin memaksa bank syariah untuk melebur.
“Dalam hal ini, apabila kemudian bank konsolidasi, maka kemudian kami fasilitasi, kemudian mendukung tetap perlu juga,” ujar Deden di Forwada Discussoin Series 2024: Peluang dan Tantangan Konsolidasi Industri Perbankan Syariah, Jumat (23/8/2024).
Ia mengingatkan bahwa konsolidasi antara entitas bersifat bisnis ke bisnis (B2B), dan perlu mempertimbangkan bentuk bisnis seperti apa nantinya.
“Sehingga pada akhirnya tadi, maka akan kembali ke entitas bank itu atau memilih mitra yang mana, karena tentu sinergi itu yang kemudian diharapkan,” kata Deden.
Aset Bank Muamalat tercatat sebesar Rp64,9 triliun pada kuartal I-2024. Sementara itu, aset BTN Syariah pada periode yang sama sebesar Rp54,84 triliun. Jika BTN Syariah merger dengan bank syariah tertua di RI itu, maka asetnya berpotensi setidaknya sebesar Rp119,74 triliun.
Namun, belakangan santer BTN Syariah beralih ke opsi mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVS), yang asetnya tercatat jauh lebih kecil dibandingkan BMI. Berdasarkan laporan bulanan Mei 2024, aset BVS itu mencapai Rp3,12 triliun, naik 36,72% secara tahunan atau year on year (yoy).
Dengan demikian, bila BTN Syariah bergabung dengan BVS, asetnya diperkirakan hanya akan mencapai setidaknya Rp57,96 triliun atau tidak jauh berbeda dengan beberapa bank syariah lainnya.
Terkait itu, Deden menanggapi dengan membeberkan perkembangan BSI yang baru berumur 3 tahun itu. Adapun, pada saat dimerger dari Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah pada tahun 2021, asetnya mencapai sekitar Rp240 triliun. Kini, sudah bertumbuh sekitar Rp120 triliun.
“Berarti ada pertumbuhan organik yang bisa dari merger itu dihasilkan sinergi,” tandas Deden.
Ia mengatakan dalam Peraturan OJK (POJK), otoritas dapat meminta bank untuk melakukan konsolidasi, jika UUS-ya tidak mampu berkembang dan induknya tidak mampu menumbuhkannya.
“Karena itu, namun, UUS itu harus satu entitas kemudian pada saat itu berputarhasilnya satu bank baru yang merupakan anak usaha dari induknya. Sehingga dia masih terkait dari induknya pada saat spin off. Itu ada ketentuan bahwa bank hasil berputar minimal modalnya itu Rp1 triliun,” terang Deden.
Ia menjelaskan, modal minimum itu karena BUS hasil berputar itu masih dianggap sebagai anggota kelompok usaha bank (KUB). Sementara itu membangun bank baru, perlu menyiapkan modal inti minimal Rp3 triliun, sesuai POJK yang berlaku tahun 2022.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat menilai aksi korporasi yang batal di tengah jalan itu lumrah. Terlebih lagi, ketika pihak yang berencana merasa tidak cocok dengan pihak lainnya.
“Intinya merger jangan sampai menghasilkan nilai yang lebih rendah dari pada sebelum merger,” ucap Emir.
Menurutnya, mencari cangkang yang tepat adalah urusan masing-masing induk UUS yang hendak melepaskan unitnya.
“Mereka lebih paham mitra mana yang baik buat mereka yang juga bisa mendukung total bisnis mereka dan tentu saja tidak lebih dari jauh core-nya. Kalau kalau beda jauh banget, penyesuian-penyesuaian lagi akan susah. Atau yang paling murah bisa saling melengkapi,” pungkas Emir.
(mkh/mkh)
Artikel Selanjutnya
Bank Islam Abu Dhabi Kasih Sinyal Kuat Mau Beli 15% Saham BSI (BRIS)