perlu mewaspadai penyakit lainnya yang mungkin muncul di musim penghujan
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajak warga untuk ikut mengantisipasi kasus demam berdarah dengue (DBD) termasuk di musim hujan saat ini dengan lebih aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus.
“Kami berharap untuk semua bersama-sama mengupayakan pencegahan DBD dengan melakukan PSN 3M Plus, menghilangkan tempat-tempat penampungan udara tempat nyamuk berkembang biak,” kata Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Maryati Kasiman, MKKK saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Pemprov DKI meluncurkan program nyamuk Wolbachia untuk tanggulangi DBD
Kegiatan 3M Plus ini yakni menguras tempat penampungan udara, menutup tempat-tempat penampungan udara, mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti.
Lalu, perlu juga dilakukan poin plus seperti menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, memberikan larvasida pada pelindung udara yang sulit dikuras, dan memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
Baca juga: Ikhtiar DKI lepas nyamuk berwolbachia demi akhiri ancaman DBD
Maryati mengatakan, pencegahan DBD tidak semata-mata bisa dilakukan pemerintah sehingga membutuhkan peran aktif masyarakat. Terlebih lagi, DBD merupakan penyakit endemis di Jakarta.
“Puskesmas sebagai unjuk tombak layanan kesehatan masyarakat tentunya sudah siap apalagi penyakit DBD masih endemis di DKI Jakarta, dan hal ini tidak mungkin dilakukan oleh puskesmas saja,” kata dia.
Mengenai referensi data kasus DBD, Maryati mengatakan saat ini belum menemukan perbaikan kasus. Namun berdasarkan prediksi iklim melalui aplikasi DBDKlim (aplikasi berbasis web untuk peringatan dini DBD yang berbasis iklim) bahwa pada bulan November ini hingga Februari 2025, keseimbangan iklim untuk DBD sudah tinggi.
Baca juga: Anggota DPRD DKI optimis nyamuk berwolbachia bisa tekan DBD
Dinas Kesehatan DKI mencatat jumlah kasus DBD mencapai 12 ribu pada bulan September dengan pemunculan kasus cukup tinggi pada bulan April dan Mei yakni sekitar 2.000 hingga 3.000 kasus.
Maryati menambahkan selain DBD, warga dan jajaran kesehatan juga perlu mewaspadai penyakit lain yang mungkin muncul di musim penghujan seperti leptospirosis, diare, demam tifoid, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), dan lainnya.
Dalam kesempatan berbeda, Pakar kesehatan sekaligus Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof. Tjandra Yoga Aditama juga mengingatkan potensi peningkatan sejumlah penyakit saat musim hujan. Selain penyakit yang telah disebutkan, dia menambahkan penyakit kulit baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain.
Lalu, demi mengantisipasi munculnya kasus baru penyakit menular tersebut, meminta Dinas Kesehatan meningkatkan penyuluhan pada warga, sekaligus mengidentifikasi daerah-daerah di Jakarta yang rentan terhadap peningkatan berbagai penyakit menular di musim hujan.
Setiap Puskesmas kelurahan di Jakarta, sambung Tjandra, harus mengidentifikasi kelompok masyarakat rentan di daerahnya masing-masing, termasuk lansia.
Selain itu, Dinkes harus siap memobilisasi kader-kader kesehatan di setiap kelurahan dan RW, serta memastikan pelayanan kesehatan Jakarta siap dan dapat memberikan pelayanan kesehatan pada warga, dengan tiga kaidah utama yakni berkualitas, tanggap lalu ramah dan manusiawi.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Redaktur: Ganet Dirgantara
Hak Cipta © ANTARA 2024