Di Klinik Penyakit Kawasaki di Rumah Sakit Anak Rady-San Diego yang dipimpin oleh Dr. Burns, perawatan anak yang terkena penyakit Kawasaki selalu dikaitkan dengan pencarian penyebabnya.
Pada hari Rabu pagi baru-baru ini, Dr. Kirsten Dummer, seorang ahli jantung anak, sedang memeriksa hasil scan jantung seorang anak berusia 2 tahun yang menunjukkan tanda-tanda aneurisma besar di sisi kanan jantung.
“Pertanyaan terbesar dari orang tua adalah: Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana anak saya mendapatkan ini? Di setiap ruang pasien, hal itulah yang pada dasarnya ingin mereka ketahui,” katanya. “Tahun demi tahun, mereka datang kembali dan bertanya kepada kami, 'Apakah kalian sudah tahu lebih banyak?'”
Dr. Burns, yang terus menemui pasiennya, mengatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut memotivasi dirinya.
“Jika kita semua adalah Ph.D di laboratorium yang meneliti etiologi penyakit Kawasaki,” maka akan terjadi proses yang berbeda, kata Dr. Burns. “Tetapi ada urgensinya, karena kita harus bolak-balik, dari laboratorium ke pasien, dan berkata, 'Sial, saya harus menjawab pertanyaan ini.' Itu penting, karena penting bagi orang-orang ini.”
Pagi harinya, Inez Maldonado Diega, anak berusia 4 tahun dengan pakaian putri duyung, meluncurkan bola Play-Doh bersama ibunya saat Dr. Burns menyampaikan berita tersebut. Tujuh belas hari yang lalu, kantor dokter anak gadis itu melewatkan kasus penyakit Kawasaki yang dideritanya. Hasil pemeriksaan ekokardiogram menunjukkan hasil yang jelas – sebuah tanda bahwa jantungnya sejauh ini sehat – tetapi dia masih mengalami demam, yang berarti penyakitnya mungkin masih ada.
“Kuharap kita bisa bertemu dengannya lebih cepat,” kata Dr. Burns sambil mendengarkan detak jantung Inez. Dia meminta sampel genetik untuk biobanknya dari Inez dan ibunya, menjelaskan bahwa anak-anak diyakini mewarisi kerentanan terhadap penyakit tersebut dari orang tuanya.
Ibu Inez, Tiara Diega, meyakinkan Dr. Burns bahwa dia tidak pernah menderita penyakit Kawasaki saat kecil – hanya demam berdarah. Dr Burns mengangkat alisnya dan meminta Ms. Diego menelepon ibunya melalui speakerphone.
Apakah Ms. Diega mengalami mata merah selama infeksinya bertahun-tahun yang lalu, dia bertanya kepada ibu Ms. Diega? Ya, kata ibu itu. Dr Burns menghembuskan napas perlahan.
“Itu bukan demam berdarah,” katanya.
Untuk sesaat, ruangan menjadi sunyi — Ms. Diega masih memegang patty Play-Doh di udara — seiring dengan semakin besarnya risiko bagi ibu dan anak perempuannya. Kemudian Dr. Burns merujuk Ms. untuk melihat apakah bahaya besar telah terjadi selama bertahun-tahun.