TEMPO.CO, Nusa Dua – Penggunaan bioavtur diperkirakan membuat harga tiket pesawat naik. General Manager Green Energy, Biofuel Feedstock & Business Development Apical Group, Aika Yuri Winata, mengatakan potensi kenaikan harga tiket pesawat disebabkan biaya produksi tinggi dan pasokan yang terbatas.
“Biaya tambahan dari penerapan SAF (Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan) akan mencapai miliaran dan triliunan dolar bagi produsen bahan bakar,” ujar Aika dalam acara IPOC 2023 di The Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis, 2 November 2023.
Aika mengatakan ada kenaikan potensi sebesar US$ 3 hingga US$ 14 pada tiket pesawat rata-rata pada tahun 2030. Bahkan, tiket pesawat akan naik sekitar US$ 13 hingga US$ 38 pada tahun 2050 untuk penerbangan yang lebih berkelanjutan.
SAF ini, menurut Aika, muncul sebagai alternatif yang paling menjanjikan dan layak untuk bahan bakar pesawat konvensional, karena mampu mengurangi emisi CO2 hingga 90 persen. “Meskipun saat ini hanya menyumbang kurang dari 0,1 persen dari penggunaan bahan bakar pesawat,” tuturnya.
Oleh karena itu, diperlukan intervensi kebijakan, termasuk mandat dan skema insentif, menyelaraskan kebijakan dengan standar internasional, hingga mengimplementasikan pembiayaan berkelanjutan melalui kebijakan dan pinjaman penerbangan.
Iklan
“Sinyal permintaan yang lebih kuat dari berbagai pemain pasar, seperti maskapai, pengangkut kargo udara, dan konsumen, akan mendorong peningkatan produksi, yang pada akhirnya akan mengurangi biaya SAF lebih mendekati bahan bakar pesawat konvensional,” kata dia.
Ia juga menekankan dalam mengupayakan dekarbonisasi perjalanan udara ini memerlukan upaya bersama.
Pilihan Editor: Terkini: Viral Pakai KTP Orang Lain Bisa Cairkan Pinjol, Bahlil Angkat Bicara Kelanjutan Investasi Rosneft di Tuban