Tuesday, October 22, 2024
HomeHiburan"Petualangan Anak Penangkap Hantu", tentang fantasi tanpa bumbu horor

“Petualangan Anak Penangkap Hantu”, tentang fantasi tanpa bumbu horor



Jakarta (ANTARA) – Sekilas melihat judul film besutan Jose Poernomo ini memunculkan anggapan unsur atau genre horor yang bakal dominan ditampilkan dalam “Petualangan Anak Penangkap Hantu”, mengingat pemilihan kata “hantu” disematkan. Apalagi, Jose sendiri dikenal dengan sejumlah karya horornya yang ditujukan pada mereka yang sudah berusia 14 tahun ke atas.

Namun, bukannya horor melainkan fantasi anak berbalut petualangan yang ternyata lebih ditonjolkan di sini, sehingga menjadi lampu hijau bagi penonton anak di bawah usia 14 tahun sekaligus pelipur dahaga bagi orang tua yang rindu hadirnya film anak khususnya berbahasa Indonesia.

Hanya saja, suasana menegangkan tetap hadir dalam beberapa adegan, termasuk di bagian awal cerita. Meski begitu, bumbu-bumbu komedi ditambahkan baik dari dialog antar pemeran maupun tingkah mereka.

Kisah bermula dari seorang mahasiswi bernama Gita (diperankan Adinda Thomas) yang meminta bantuan kelompok Anak Penangkap Hantu (APH) beranggorakan Rafi (diperankan Muzakki Ramdhan), Zidan (diperankan Muhammad Adhiyat) dan Chacha (diperankan Giselle Tambunan), untuk menyelesaikan masalah warga di desanya , Segoro Muncar.

Baca juga: “Petualangan Anak Penangkap Hantu” jadi film anak seru di tahun 2024

Baca juga: Cerita pemain film “PAPH” saat jalani syuting di Kota Banyuwangi

Gita menceritakan teror hantu hutan yang menculik beberapa warga dan kondisi desa dilanda kekeringan musibah sejak lama.


Kiprah diketahui kelompok Anak Penangkap Hantu ini sudah GIta yang menempuh pendidikan tinggi di Jakarta. Dia menemukan laman media sosial kelompok ini dan menghubungi mereka, menyiratkan cara berkomunikasi dengan anak kekinian.

Sempat dilanda keraguan, tiga sekawan ini akhirnya mengiyakan permintaan Gita. Dibekali peralatan berteknologi canggih seperti thermal camera dan GPS trackker, mereka bertolak menuju desa tempat Gita berada, ditemani pengemudi sekaligus sosok serba bisa bernama Bang Dul (Andy Boim)

Sesampainya di sana, mereka menyambut warga desa setempat mulai dari ayah Gita (diperankan Nugie), Kepala Desa (diperankan Arry Febriansyah), orang kaya di desa namun dikenal dermawan, Pak Tajir (diperankan Agus Wibowo).

Pakar spiritual desa Wak Bomoh (Sujiwo Tejo) juga ikut menyambut rombongan Anak Penangkap Hantu, melalui caranya sendiri.

Perlahan tapi pasti, tim APH memulai investigasi seperti dalam film dengan tokoh utama detektif pada umumnya. Mereka mengombinasikan rasa ingin tahu, nalar, takut dan sikap skeptis.

Investigasi membawa mereka pada tokoh Pak Cho (diperankan Verdi Solaiman) dan menyamar dalam cerita. Namun, belum sempat mengetahui lebih banyak dan melakukan sesuatu, mereka mendapat gangguan mistis yang menakutkan dari sesosok mahluk hitam yang melayang dengan kedua cakar panjangnya.

Tim APH juga mendapatkan penolakan dari Wak Bomoh dan pengikutnya serta sebagian warga. Investigasi pun mandek dan tim dipaksa pulang ke tempat asal mereka.

Rasa sedih dan kecewa melanda tim APH. Tapi ini bukan akhir. Suatu pencetus membuat mereka bangkit dan menyelidiki hingga menemukan akar masalah.

Baca juga: Curhatan aktor “Petualangan Anak Penangkap Hantu”, sempat takut?

Isi kekosongan dan fantasi

Hadirnya “Petualangan Anak Penangkap Hantu” mungkin bisa menjadi upaya mengisi kekosongan film anak-anak buatan sineas tanah air seperti yang diungkapkan Jose Poernomo dalam konferensi pers, Jumat (12/1).

Bila diingat, sejumlah judul film anak populer yang mengisi bioskop Indonsia dan dirilis tahun 2000-an misalnya, masih dapat dihitung jari sebut saja “Petualangan Sherina” (2000), “Denias, Senandung di Atas Awan” (2006), “Laskar Pelangi” (2008), “Garuda di Dadaku” (2009), “Kulari ke Pantai” (2018) dan “Keluarga Cemara” (2019).

Inilah yang kemudian membuat Direktur MNC Pictures Filriady Kusmara percaya diri menghadirkan film “Petualangan Anak Penangkap Hantu”, selain itu menurut dia pasar bioskop Indonesia tahun 2023 semakin baik dan ini terlihat dari beragamnya genre yang dihadirkan.

Selain mengisi kostum, anak-anak yang dikenal menyukai hal-hal bersifat imajinatif sehingga memiliki banyak fantasi juga difasilitasi melalui film ini. Anak-anak melalui tokoh Rafi, Zidan dan Chacha dibebaskan untuk berfantasi, sambil mengeksplorasi pikiran dan nalar. Mereka juga dipercaya untuk mencari solusi terhadap permasalahan orang dewasa, yang sebenarnya cenderung jarang terjadi di dunia nyata.

Bagi sebagian penonton dewasa, anak-anak bahwa usia 15 tahun, ada sejumlah adegan semisal anak mengendarai paralayang seorang diri dan mendaki tebing belasan meter tanpa bantuan profesional seperti dalam adegan dalam film juga dirasa mustahil.

Belum lagi tentang hal berbau supranatural yang mereka coba pecahkan. Anak-anak pada umumnya mungkin akan lari ketakutan bertemu makhluk menyeramkan, namun tim APH bertindak sebaliknya. Berbeda dengan orang dewasa, hal-hal demikian bukan hal yang mustahil dalam fantasi anak.

Berbicara tentang fantasi, psikolog klinis asal Swiss Jean Piaget menegaskan bahwa pikiran anak-anak bukan sekadar versi muda dari pikiran orang dewasa tetapi merupakan sesuatu yang jauh lebih alami dan berkembang seiring pertumbuhan anak dan interaksi dengan lingkungan di sekitarnya.

Piaget meyakini cara terbaik mengembangkan pemikiran mereka yakni dengan dorongan untuk membangkitkan rasa ingin mengetahuinya melalui eksplorasi, eksperimen, dan permainan fantasi.

Sementara itu, bagi orang dewasa, “Petualangan Anak Penangkap Hantu” dapat menjadi semacam momen untuk mengingat kembali fantasi apa saja yang pernah terpikirkan semasa kecil mereka, tentu kalau kalau mampu mengingatnya.

Di sisi lain, salah satu lagu tema berjudul “Taklukan Takut” yang dinyanyikan penyanyi jebolan Indonesian Idol Nuca bersama Pamela Ghaniya ikut menemani penonton selama menyaksikan film keluaran MNC Pictures dan siap dirilis 18 Januari mendatang.

Baca juga: “Petualangan Anak Penangkap Hantu” jadi pilihan tontonan keluarga

Baca juga: Adinda Thomas mengungkapkan alasan mau utama di film anak-anak

Baca juga: “Petualangan Anak Penangkap Hantu” bukan sekadar film seru-seruan

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Hak Cipta © ANTARA 2024



Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments