Saturday, October 19, 2024
HomeNationalRaksasa Global Kompak Tinggalkan China, Pilih Pindah ke Sini

Raksasa Global Kompak Tinggalkan China, Pilih Pindah ke Sini



Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak lain dan tidak bukan, Negeri Tirai Bambu alias China dikenal sebagai pusat pabrik dunia selama lebih dari 40 tahun lamanya. Namun, tampaknya China akan menemui ujung kebiasaan sebagai negara nomor wahid di sektor perindustrian.

Seperti diketahui, banyak investor global yang minggat dan memindahkan bisnis mereka. Posisi China sebagai pusat kehancuran produksi perusahaan global mulai runtuh sejak tahun 2018, setelah Presiden Amerika Serikat, pada saat itu, Donald Trump melancarkan perang dagang melawan Tiongkok.

Setelahnya, aturan lockdown Covid-19 yang ketat di China juga mendorong investor untuk menilai kembali risiko geopolitik mereka.

“Ketegangan geopolitik, dengan sendirinya membuat investor global menata kembali rantai suplai di China,” kata Ashutosh Sharma, direktur riset di firma riset pasar Forrester kepada Insider, dikutip Jumat (30/6/2023).

Bahkan, beberapa pabrikan China sendiri memindahkan sebagian rantai pasokan mereka dari China untuk mengelola risiko.

Mengutip dari Insider, berikut ini tiga perusahaan besar yang memilih untuk keluar dari ketergantungan mereka pada manufaktur China.

1. Apel

Perusahaan pembuat iPhone ini telah mengalihkan rantai pasokannya ke luar China. Tetapi mereka masih membutuhkan kantor pusat China untuk membangun headset Vision Pro teranyar.

Apple terkena dampak protes terhadap kebijakan ‘zero-covid’ di China memukul produksi iPhone pada tahun 2022.

Sejak saat itu, perusahaan telah mencoba mendiversifikasi rantai pasokannya jauh dari China. Apple telah memindahkan beberapa produksi iPhone-nya ke India, dan sedang menjajaki untuk memindahkan pembuatan iPad-nya ke negara tersebut.

Ketua Foxconn Liu Young-way mengatakan dalam panggilan telepon Maret bahwa perusahaan perlu memperluas operasi tidak hanya di China tetapi juga negara-negara seperti AS, Vietnam, India, dan Meksiko.

2. TSMC

TSMC, pembuat chip terbesar di dunia, terjebak di tengah ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat.

TSMC mulai berproduksi di China pada tahun 2004. Dua dari 18 pabrik TSMC berlokasi di China, sebagian besar pabrik masih berada di Taiwan.

Sejauh ini memang tidak ada indikasi TSMC meninggalkan China sepenuhnya, tetapi mereka berkembang di tempat lain, termasuk Taiwan dan AS.

Pada bulan Desember, TSMC mengumumkan akan membuka pabrik kedua di Arizona. Raksasa tersebut berniat meningkatkan investasi perusahaan di negara bagian AS dari U$12 miliar menjadi US$40 miliar.

Apple adalah pelanggan terbesar TSMC. Raksasa teknologi itu membayar 26% dari pendapatannya tahun lalu. CEO Apple Tim Cook mengatakan perusahaan akan menjadi pabrik pelanggan terbesar setelah mereka online.

3.Mazda

Pembuat mobil Jepang, Mazda, mengalihkan produksi beberapa suku cadang kembali ke Jepang. Padahal, mereka pernah memenangkan produksi suku cadang mobil di China.

Pada bulan Agustus, Mazda mengatakan akan meminta pemasok suku cadangnya untuk memproduksi komponen di luar China sambil meningkatkan stok di Jepang, lapor Reuters, mengutip eksekutif perusahaan.

Langkah itu dilakukan setelah lockdown di China, sehingga terjadi ledakan pasokan dan jadwal produksi. Tetapi, harga adalah alasan pendorong sebenarnya di balik langkah tersebut.

“Ini bukan lagi era di mana biaya menjadi faktor pendorong utama,” kata Masahiro Moro, Senior Managing Executive Officer Mazda, kepada Financial Times.

“Saat ini, kekokohan rantai suplai kami juga perlu dipertimbangkan untuk memastikan pengadaan suku cadang yang stabil,” tambahnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

69% Investor Saham RI Numpuk di Jawa, Efeknya Jadi Begini


(fsd/fsd)




Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments