Hubungan antarsaudara merupakan salah satu hubungan yang paling langgeng dan berpengaruh dalam hidup kita, yang memainkan peran penting dalam membentuk identitas, nilai-nilai, dan kesehatan emosional kita. Dari konflik masa kecil hingga persahabatan seumur hidup, ikatan antara saudara kandung terus berkembang, menawarkan perpaduan unik antara dukungan, pengertian, dan cinta yang berdampak signifikan pada kesejahteraan mental.
Evolusi Hubungan Saudara Kandung
Dr. Mona Gujral, Kepala Psikolog, menjelaskan bahwa berapa pun usia Anda, hubungan dengan saudara kandung sering kali bertahan lama. “Hubungan ini adalah cerminan sempurna dari konflik dan kehangatan yang intens—bayangkan, pertengkaran terus-menerus karena cokelat dan kue serta percakapan tengah malam sambil minum teh dan mi!” katanya. Meskipun sering bertengkar di masa kecil, saudara kandung selalu ada untuk satu sama lain di saat dibutuhkan.
Seiring dengan pertumbuhan saudara kandung, hubungan mereka pun berubah. Apa yang dimulai sebagai perebutan mainan dan perhatian di masa kanak-kanak, lambat laun berubah menjadi persaingan di masa remaja yang didorong oleh pencarian identitas dan kemandirian. Namun, di balik lapisan persaingan ini, terdapat dasar cinta dan kesetiaan tanpa syarat. Dr. Gujral menekankan bahwa transisi dari persaingan menjadi rasa saling menghormati dan mendukung di masa dewasa menyoroti sifat hubungan saudara kandung yang berlapis-lapis. “Hal ini membuat Anda menyadari bahwa apa pun yang terjadi, ada satu orang di seluruh dunia yang dapat Anda andalkan untuk bersama Anda dan mendukung impian serta ambisi Anda,” katanya. Hubungan yang mendalam ini dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan dalam menghadapi tantangan hidup.
Manfaat Kesehatan Mental dari Hubungan Persaudaraan yang Positif
Tidak ada yang bisa memahami Anda lebih baik daripada saudara kandung Anda, karena mereka memiliki orang tua, trauma keluarga, dan pola asuh yang sama. Pengalaman bersama ini menciptakan ikatan yang unik, di mana saudara kandung dapat saling memahami keyakinan, bias, dan keanehan masing-masing. “Mereka akan selalu menerima Anda apa adanya, dan memiliki seseorang dalam hidup Anda yang menerima Anda tanpa syarat adalah suatu berkah,” kata Dr. Gujral. Penerimaan ini adalah alasan mengapa hubungan saudara kandung yang positif bertindak sebagai penyangga terhadap masalah kesehatan mental. Anak-anak yang memiliki saudara kandung yang mendukung cenderung tidak mengalami perasaan kesepian, kecemasan, dan depresi. Kepastian memiliki seseorang yang memahami dan berbagi pengalaman serupa sangatlah menenangkan.
Lebih jauh lagi, hubungan persaudaraan yang kuat memberikan rasa aman dan kebersamaan. Dr. Gujral menjelaskan bahwa dalam hubungan inilah anak-anak mempelajari nilai-nilai penting seperti berbagi, kerja sama, dan kepercayaan. Nilai-nilai ini penting tidak hanya dalam keluarga tetapi juga dalam membentuk hubungan yang sehat di luar lingkungan keluarga.
Memperkuat Ikatan Persaudaraan Melalui Terapi
Bagi mereka yang berjuang menjaga hubungan persaudaraan yang sehat atau ingin memperbaiki ikatan yang tegang, terapi dapat menjadi alat yang berharga. “Jika Anda mengalami kesulitan menjaga hubungan yang sehat dengan saudara kandung Anda, atau hanya ingin lebih memperkuat ikatan yang ada, konsultasi langsung dengan profesional kesehatan mental dapat sangat membantu,” saran Dr. Gujral. Sesi terapi dapat menawarkan strategi yang dipersonalisasi untuk meningkatkan komunikasi, menyelesaikan konflik, dan membangun kembali kepercayaan, yang pada akhirnya mengarah pada kesehatan mental yang lebih baik.
Dampak Abadi dari Ikatan Persaudaraan
Arthi Sujai, seorang pakar hubungan di coto, sebuah platform komunitas sosial khusus perempuan, juga menyoroti pengaruh mendalam hubungan antarsaudara terhadap kehidupan kita. “Teori keterikatan menunjukkan bahwa saudara kandung dapat memberikan rasa aman dan dukungan satu sama lain, terutama selama masa-masa yang penuh tekanan,” jelasnya. Mengacu pada pengalaman pribadinya, Sujai berbagi, “Hubungan saya dengan saudara laki-laki saya telah mengajarkan saya empati, ketahanan, kesetiaan, dan rasa syukur, yang semuanya telah meningkatkan pengaturan emosi saya dan memperdalam hubungan saya.”
Dalam pekerjaannya sebagai pelatih hubungan, Sujai telah mengamati bagaimana saudara kandung sering kali berperan sebagai sistem pendukung yang penting—lebih dari sekadar keluarga, mereka menjadi rekan satu tim, panutan, mentor, dan sekutu. Ia mengutip sebuah kutipan dari Rig Veda: “Kakak dan adik, yang bersatu dalam ikatan mereka, tumbuh lebih kuat bersama, mengatasi tantangan sebagai satu kesatuan.” Kebijaksanaan abadi ini mencerminkan kekuatan dan ketahanan yang datang dari ikatan persaudaraan yang bersatu.
Sujai membagikan contoh dari sesi langsungnya di coto untuk menggambarkan pentingnya hubungan antarsaudara. Seorang klien, yang sedang mengalami perceraian, sangat bergantung pada saudara perempuannya untuk mendapatkan dukungan, menemukan kenyamanan dan bantuan tanpa menghakimi. Klien lain, yang sedang menghadapi depresi, beralih ke saudara laki-lakinya, yang humor dan persahabatannya membantunya mengatasi kesepian. Kisah-kisah ini menggarisbawahi mengapa hubungan antarsaudara merupakan aset berharga yang harus dihargai dan dipelihara sepanjang hidup kita.
Ikatan persaudaraan yang sehat lebih dari sekadar hubungan kekeluargaan; ikatan ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan. Dari memberikan dukungan emosional hingga mengajarkan nilai-nilai hidup yang penting, saudara kandung memainkan peran yang tak tergantikan dalam kehidupan kita. Seperti yang ditekankan oleh Dr. Gujral dan Sujai, memelihara hubungan ini sangat penting untuk membangun fondasi keamanan, ketahanan, dan kebahagiaan seumur hidup.
