Jakarta (ANTARA) – Indonesia dan Australia menandatangani kesepakatan Pengaturan Pengakuan Bersama Operator Ekonomi Resmi (Pengaturan Pengakuan Bersama Operator Ekonomi Resmi/AEO MRA) di Canberra.
Menurut keterangan tertulis Kedubes Australia di Jakarta, Kamis, kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Komisioner Australian Border Force (ABF) Michael Outram APM dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Askolani.
Indonesia dan Australia menandatangani kesepakatan tersebut dalam Diskusi Antar-Kepabeanan ke-23, Rabu (7/8).
“Indonesia adalah mitra yang sangat penting bagi Australia, dan merupakan kehormatan bagi saya untuk menjadi tuan rumah Diskusi Antar-Kepabeanan hari ini dan untuk menandatangani perjanjian ini,” kata Outram.
Outram mengatakan bahwa penting bagi Indonesia dan Australia untuk terus memperkuat kerja sama dan berbagi informasi antara kedua negara dalam hal penegakan hukum dan memfasilitasi perdagangan.
Menurut Outram, pelaksanaan kesepakatan tersebut akan menghasilkan manfaat ekonomi dan keamanan yang nyata.
“Hal ini mungkin terjadi berkat kerja keras para petugas kita selama beberapa tahun terakhir untuk menyelesaikan rincian kesepakatan ini,” ujar Outram.
Dia juga yakin bahwa kerja sama yang telah terjalin lama antara ABF dan DJBC akan terus berlanjut di masa mendatang.
AEO MRA, seperti yang diuraikan dalam Kerangka Standar untuk Menjamin dan Memfasilitasi Perdagangan Global SAFE (SAFE Kerangka) dari Organisasi Kepabeanan Dunia (WCO), merupakan kesepakatan antara administrasi kepabeanan dengan program AEO yang setara.
Indonesia sendiri juga telah menandatangani perjanjian tersebut dengan Korea Selatan, Hong Kong, Uni Emirat Arab dan ASEAN.
Sedangkan Australia telah menandatangani perjanjian tersebut dengan Kanada, Tiongkok, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand dan India.
Baca juga: Privy fasilitasi kerja sama ekspor RI-Australia secara berani
Baca juga: RI-Australia perkuat kerja sama transisi energi dan ekonomi hijau
Baca juga: IABC: Kerja sama dengan Australia peluang mendorong pertumbuhan ekonomi
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: M. Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2024