Tuesday, October 22, 2024
HomeNationalRibuan Pabrik Ditutup, Hadapi Impor Murah dari China, Ekonomi Thailand Tak Baik-baik...

Ribuan Pabrik Ditutup, Hadapi Impor Murah dari China, Ekonomi Thailand Tak Baik-baik Saja |Republika Online


BYD Qin L Dmi diluncurkan pada Auto China 2024 di Beijing, 25 April 2024. Produsen mobil Tiongkok BYD meresmikan pabrik kendaraan listrik pertamanya di Thailand pada hari Kamis, 4 Juli, sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk berekspansi ke Asia Tenggara sekaligus menjangkau orang-orang kaya . pasar di AS dan Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK — Situasi kontras terjadi di Thailand. Produsen kendaraan listrik asal China (BYD) baru saja membuat pabrik di negara tersebut.

Tepatnya pada awal bulan ini. Itu pabrik pertama BYD di Asia Tenggara. Situasi demikian menjadi perhatian di negeri gajah putih.

Sayangnya, beberapa pekan lalu, ada peristiwa lain yang luput dari perhatian. Terjadi penutupan produsen mobil Suzuki Motor. Saat masih beroperasi, pabrikan asal Jepang ini memproduksi sebanyak 60 ribu unit mobil per tahun.

Langkah Suzuki Motor untuk menutup pabriknya dengan sejumlah perusahaan lain di negara tersebut ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini. Thailand terkena dampak impor murah dari China. Ada penurunan daya dalam industri karena berbagai faktor, termasuk kenaikan harga energi dan tenaga kerja yang menurun.

Apa yang terjadi bukan hal baru. Tahun lalu hampir 2.000 pabrik ditutup di Thailand. Keadaan tersebut berdampak buruk pada sektor manufaktur yang menyumbang hampir seperempat produk domestik bruto (PDB) di sana.

Hal ini membebani perekonomian hingga menyentuh angka 500 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Banyak individu yang terdampak. Salah satu pekerja bernama Chanpen Suetrong.

Perempuan berusia 54 tahun itu menghabiskan hampir dua dekade di VMC, sebuah pabrik kaca pengaman di Provinsi Samut Prakan Tengah. Pada bulan April lalu, ia mendapat kabar, perusahaan tempatnya bekerja, ditutup. Ia pun menjadi sombong.

“Saya tidak punya tabungan. Saya punya ratusan ribu baht,” kata Chanpen, dikutip dari wartawan, Senin (15/7/2024).

Dia satu-satunya pencari nafkah di keluarga yang beranggotakan tiga orang. Suaminya dalam keadaan sakit. Mereka memiliki seorang putri remaja.

Keterbatasan sektor manufaktur membuat Perdana Menteri Srettha Thavisin kesulitan memenuhi janji kampanyenya. Tahun lalu ia berkeyakinan akan menaikkan PDB tahunan menjadi lima persen selama empat tahun masa jabatannya. Dalam satu dekade terakhir, PDB Thailand sekitar 1,73 persen.

“Sektor industri telah menurun dan kapasitas pemanfaatannya turun di bawah 60 persen. Jelas industri perlu beradaptasi,” kata Srettha kepada Parlemen mereka, minggu lalu.

Ekonomi Thailand telah….

sumber : Reuters






Source link

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments