Jakarta (ANTARA) – Riset terbaru Vanson Bourne yang dikerjakan atas dukungan dari VMware menyebutkan bahwa meskipun saat ini telah banyak organisasi di Asia Pasifik yang menyelami penggunaan lingkungan multi awan, nyatanya sebagian besar masih minim dalam pendekatan strategi ke sana.
“Organisasi perlu berinvestasi lebih kencang multi cloud. Ini waktunya beralih ke strategi awan cerdas, tidak hanya karena ini adalah sebuah keniscayaan, namun agar mereka terus bisa mengukur produktivitas dan profitabilitas seperti ketika mereka pertama kali beralih ke awan melesat jauh ke depan,” kata Vice President and Managing Director, Southeast Asia and Korea, VMware, Paul Simos, dalam keterangannya, Rabu.
Baca juga: Telkomsigma siapkan layanan cloud perkuat bisnis Perum Jasa Tirta I
Baca juga: Keunggulan layanan SAP dalam Google Cloud
Dari survei terlihat sebanyak 70 persen perusahaan di Asia Pasifik yang menjadi responden sudah menggunakan banyak jenis awan publiknamun baru 38 persen yang sudah menerapkan strategi multi cloud.
Perusahaan multi cloud yang menjadi responden mengembangkan aplikasi yang dibangun agar bisa berjalan di lintas awansehingga mereka dapat meningkatkan produktivitas pengembang aplikasi, DevOps, maupun perusahaan IT yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sekaligus mempercepat dalam memasarkan produk dan layanan.
Organisasi yang dijuluki Awan Cerdas atau mereka yang menerapkan lingkungan bisnis cerdas agar dapat diubah dan meningkatkan skalabilitas di berbagai lingkungan, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan lain yang masuk dalam kategori Trailing, Cloud Pemula dan Awan Menengah.
Simos mengatakan, ada enam area kunci yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan di Asia Pasifik untuk dilakukan pada fase perjalanan mereka berikutnya menjadi perusahaan Awan Cerdas.
Pertama, mengoptimalkan potensi pendapatan dan profitabilitas. sebanyak 97 persen perusahaan Awan Cerdas di Asia Pasifik menyebut bahwa pendekatan multi cloud yang mereka terapkan berimbas positif pada penghasilan dan profitabilitas.
Lebih lanjut, transformasikan data menjadi uang. Data monetasi tumbuh signifikan sebagai sumber penghasilan. sebanyak 30 persen yang menjadi responden melaporkan bahwa data monetasi menjadi sumber penghasilan perusahaan yang besar.
Selain itu, visibilitas semakin mudah untuk mengontrol biaya awan. Kurangnya visibilitas dan kontrol pada operasi multi cloud berimbas langsung pada lini bisnis.
Selanjutnya, mengatasi masalah terkait kerusakan dan pengelolaan data. Semakin banyak data pelanggan yang dikumpulkan oleh perusahaan, oleh karena itu, pemerintah semakin memperketat pengambilan data dalam satu wilayah kedaulatan negara. Multi awan memudahkan perusahaan untuk memperhatikan masalah terkait data tersebut.
Poin berikutnya, perkuat keamanan dan kontrol. Terakhir, mengatasi puncak SDM. Sebanyak 91 persen responden di Asia Pasifik menambah jumlah perekrutan dan menjaga SDM terbaik untuk layanan ini.
Baca juga: Strategi kolaborasi Jalin Telkom Indonesia dan Google Cloud
Baca juga: Zerobank Design Factory, pengembang sistem inti Minna Bank, menawarkan sistem perbankan full-cloud
Baca juga: Kemendikbudristek: Transformasi digital buka peluang untuk berkarya
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
HAK CIPTA © ANTARA 2022