KARACHI:
Memberikan peringatan keras pada hari Jumat, para ahli kesehatan di Pakistan menyoroti meningkatnya polusi udara yang terlihat dari memburuknya Indeks Kualitas Udara di kota-kota besar di Sindh dan Punjab.
Lonjakan partikel di udara ini menimbulkan peningkatan risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang dapat menyebabkan penyumbatan aliran udara serta masalah pernapasan.
Kota-kota ini kini dikategorikan sebagai kota paling tercemar secara global, sehingga memaksa pihak berwenang untuk menerapkan lockdown. Kehati-hatian ini disampaikan dalam seminar kesadaran yang diselenggarakan oleh Ojha Institute of Chest Diseases (OICD) Dow International Medical College pada Hari COPD Sedunia.
Profesor Iftikhar Ahmed menekankan bahaya yang ditimbulkan oleh kabut asap dan partikel di udara, dan menghubungkannya dengan faktor-faktor seperti emisi kendaraan, pembakaran sampah, dan polusi industri.
Sejalan dengan tantangan yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan seperti situasi COVID-19 saat ini, ia menekankan pentingnya informasi lebih lanjut mengenai masalah ini agar dapat membantu mencegah masalah-masalah tersebut di atas.
Membaca Penguncian yang cerdas terbukti tidak membuahkan hasil
Dalam seminar tersebut, Profesor Faisal Fayaz Zubairi menyoroti dua penyebab COPD: asap rokok dan polusi udara. Dia menganjurkan meminimalkan polusi ekologis dengan mengatur kendaraan bertenaga bahan bakar dan mempromosikan industri kendaraan listrik.
Para ahli lainnya mengungkapkan bahwa sekitar 4,5 juta orang dewasa di Tanah Air menderita PPOK. Mereka mengungkapkan bahwa merokok dan paparan asap dari kayu dan kotoran hewan menjadi penyebab utama.
Para ahli menggarisbawahi pentingnya diagnosis tepat waktu, pengobatan, serta tindakan pencegahan lainnya seperti memakai masker di daerah yang sangat tercemar.
Mendesak upaya kolektif untuk mengatasi meningkatnya angka PPOK yang diperburuk oleh kondisi musim dingin dan faktor lingkungan, para profesional menekankan perlunya kesadaran masyarakat dan intervensi pemerintah.