Risiko yang ditimbulkan terhadap kesehatan jantung dapat meningkatkan kasus demensia di masa depan, lebih besar daripada merokok, demikian temuan sebuah studi baru pada hari Kamis.
Kombinasi faktor genetik dan lingkungan, termasuk tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, pendidikan, dan merokok merupakan faktor risiko utama demensia.
Para peneliti dari University College London (UCL) menyelidiki bagaimana prevalensi faktor risiko ini berubah seiring waktu.
Tim menganalisis 27 makalah, yang melibatkan penderita demensia secara global dengan data yang dikumpulkan antara tahun 1947 dan 2015, dan makalah terbaru diterbitkan pada tahun 2020.
Hasilnya, yang dipublikasikan di The Lancet Public Health, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan merokok menjadi semakin berkurang seiring berjalannya waktu dan dikaitkan dengan penurunan angka demensia.
Tingkat obesitas dan diabetes meningkat dari waktu ke waktu, begitu pula kontribusinya terhadap risiko demensia.
Hipertensi muncul sebagai faktor risiko demensia terbesar di sebagian besar penelitian.
“Faktor risiko kardiovaskular mungkin berkontribusi lebih besar terhadap risiko demensia dari waktu ke waktu, sehingga faktor ini memerlukan tindakan yang lebih tepat sasaran untuk upaya pencegahan demensia di masa depan,” kata penulis utama Naaheed Mukadam dari UCL Psychiatry.
Mukadam mencatat bahwa tingkat pendidikan “telah meningkat dari waktu ke waktu di banyak negara berpendapatan tinggi, yang berarti bahwa hal ini menjadi faktor risiko demensia yang kurang penting”.
“Tingkat merokok juga telah menurun di Eropa dan Amerika Serikat karena rokok menjadi kurang dapat diterima secara sosial dan menjadi lebih mahal,” kata para peneliti.