Personil Penjaga Pantai Taiwan bekerja di sebuah kapal di lepas pantai Kotapraja Nangan, di Kepulauan Matsu pada 15 Oktober 2024, sehari setelah Tiongkok melakukan latihan militer “Joint Sword-2024B” di sekitar Taiwan.
Daniel Ceng | AFP | Gambar Getty
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya telah melihat 35 pesawat militer Tiongkok, termasuk pesawat tempur dan pembom, terbang ke selatan pulau itu dalam perjalanan untuk melakukan latihan di Pasifik, hari kedua berturut-turut Taiwan melaporkan aktivitas tersebut.
Tiongkok, yang memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri meskipun ada penolakan keras dari pemerintah Taipei, secara teratur mengirimkan militernya ke angkasa dan perairan dekat pulau itu untuk menegakkan klaim kedaulatannya.
Kementerian Pertahanan Tiongkok tidak menanggapi permintaan komentar mengenai misi tersebut, yang dilaporkan hanya beberapa hari sebelum pemilihan presiden AS pada hari Selasa.
Amerika Serikat terikat oleh hukum untuk memberikan Taiwan sarana untuk mempertahankan diri, dan penjualan senjatanya ke Taipei, termasuk sistem rudal senilai $2 miliar yang diumumkan bulan lalu, membuat marah Beijing.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa mulai pukul 9 pagi (01.00 GMT) pada hari Minggu pihaknya telah mendeteksi 37 pesawat militer Tiongkok, termasuk pesawat tempur J-16, pembom H-6 berkemampuan nuklir, dan drone.
Dari jumlah tersebut, 35 pesawat terbang ke barat daya, selatan, dan tenggara Taiwan menuju Pasifik Barat untuk melakukan pelatihan jarak jauh, kata kementerian tersebut, seraya menambahkan pihaknya telah mengirimkan pasukannya sendiri untuk berjaga-jaga.
Pada hari Sabtu, kementerian mengatakan Tiongkok telah melakukan “patroli kesiapan tempur bersama” lainnya dengan kapal perang dan pesawat di dekat Taiwan.
Tiongkok bulan lalu mengadakan latihan perang besar-besaran di sekitar Taiwan yang dikatakan sebagai peringatan terhadap “tindakan separatis,” yang memicu kecaman dari pemerintah Taiwan dan AS.
Beijing sangat tidak menyukai Presiden Taiwan Lai Ching-te, yang mulai menjabat pada bulan Mei, dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang “separatis.” Dia mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka dan telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing namun ditolak.