Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan induk pupuk pelat merah PT Pupuk Indonesia (Persero) telah mengurangi emisi karbonnya hingga 1,9 juta ton pada tahun 2023. Nantinya diharapkan, Pupuk Indonesia dapat bebas emisi karbon pada tahun 2060.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan mengatakan, pengurangan emisi ini akan dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2030 pihaknya menargetkan pengurangan emisi hingga 3,2 hingga 4 juta ton.
Sejumlah langkah pun telah disiapkan untuk mencapai target tersebut. Termasuk mengolah CO2 menjadi produk baru, seperti bio ash dan hidrogen.
Sebagai informasi, soda ash adalah bahan baku turunan natrium karbonat yang utamanya digunakan dalam industri pembuatan kaca, keramik, tekstil, kertas hingga aki. Untuk mendapatkan soda ash, industri harus memiliki tiga komponen utama yaitu amonia, CO2 dan garam industri
“Targetnya (produksi bio ash) ini sedang tender, proses tender. Jadi kita harapkan 2 tahun. Berarti 2027 sudah beroperasi,” ungkap Jamsaton kepada wartawan usai menghadiri Green Economy Expo di Jakarta Convention Center, Kamis, (4/7/2024).
Meski belum beroperasi, Jamsaton mengaku sudah ada beberapa produsen kaca dan perusahaan lain yang tertarik untuk membeli. Pasalnya, saat ini di Indonesia pemenuhan kebutuhan soda ash sepenuhnya masih impor.
Langkah lainnya adalah melakukan elektrolisis air yang kemudian dipisahkan menjadi hidrogen. Hidrogen tersebut nantinya akan digunakan untuk amonia dalam produk pupuk urea.
“Jadi tidak perlu lagi gas, jadi tidak ada lagi emisi CO2. Itu yang kita lakukan untuk jangka panjang bagi bisnis kita,” jelasnya.
Sambil mengolah produk baru, Pupuk Indonesia juga tengah memperbaiki atau mengganti mesin-mesin produksinya dengan yang baru. Sehingga pemakaian gasnya tidak boros dan mengurangi emisi.
Selain itu, langkah lain seperti pemakaian motor listrik, bus listrik, PLTS untuk penerangan di jalan maupun di pabrik dan penanaman pohon juga dilakukan untuk mengurangi emisi karbon.
“Kemudian nanti bisa juga CO2 yang kita hasilkan itu kita suntikkan lagi ke bawah tanah. Itu namanya biru, itu bekas-bekas lapangan minyak atau lapangan gas yang dulu sudah habis, itu kan ruangannya kosong di bawah. Nanti CO2 yang dari pabrik kita kita suntikkan ke situ,” jelasnya.
Untuk merealisasikan ide tersebut, pihaknya akan bekerja sama dengan beberapa pemilik wilayah kerja (WK) migas, seperti Chevron hingga PT.
Artikel Selanjutnya
Bos Pupuk Indonesia Buka-bukaan Soal Rencana IPO, Ini Bocorannya
(mkh/mkh)