TEMPO.CO, Yogyakarta – Puluhan peneliti dari berbagai negara menghadiri forum internasional yang membahas upaya pengurangan dampak (pengurangan dampak buruk) tembakau. Forum yang digelar Indonesian Development Foundation (IDF) itu menyoroti tren peningkatan jumlah perokok aktif terutama Indonesia, yang berdampak pada kian membengkaknya anggaran kesehatan akibat rokok.
Selama ini demi menutupi tingginya biaya kesehatan akibat dampak rokok, yang dilakukan pemerintah masih sebatas mengandalkan pendapatan atau cukai rokok, belum melihat kebijakan lain,” kata Managing Director IDF Foundation Harris Siagian di forum sela-sela yang digelar di Yogyakarta selama dua hari, yakni pada Senin-Selasa, 18-19 September 2023.
Padahal, ketika rokok rokok menjadi andalan pendapatan untuk ikut menanggung biaya kesehatan akibat rokok, akan menjadi bagian mata rantai yang menjadi dorongan pelaku industri menaikkan harga jualnya di pasaran.
“Sedangkan konsumen juga biasanya akan mencari pilihan produk yang lebih terjangkau ketika harga produk A naik, tidak peduli lagi meski risiko dari produk B apakah lebih buruk atau tidak pada kesehatan,” kata Harris.
Kondisi kepolisian yang terus naik dan jumlah perokok aktif yang terus naik ini membuat lingkaran setan, sehinga upaya menekan dampak bahaya rokok semakin sulit.
Haris menambahkan, pemerintah Indonesia seperti masih belum memberi ruang kebijakan alternatif. Padahal kebijakan itu seharusnya bisa membantu menurunkan tingkat risiko sekaligus dan pengeluaran anggaran untuk mengatasi penyakit itu sendiri.
“Dalam forum ini, kami mengumpulkan 70-an peneliti dari berbagai negara untuk membahas alternatif alternatif agar bisa lepas dari lingkaran soal rokok dan permasalahannya itu,” kata Harris.
“Tentu saja yang dicari bukan hanya dari kacamata pemerintah dan industri, tapi dari sudut pandang masyarakat sebagai pengguna,” imbuh Harris.
Harris menuturkan, kelompok masyarakat pengkonsumsi rokok, biasanya mencari sesuatu yang disebut ‘rasa lega’ ketika menggunakannya.
Selanjutnya: “Rasa lega saat mereka mengkonsumsi rokok…”